Ahad 29 Dec 2024 12:12 WIB

Update Korban Tewas Pesawat Jeju Air di Muan Korea Selatan, 85 Orang Meninggal

Pesawat Boeing 737-800 berusia 15 tahun milik Jeju Air yang terbakar bawa 180 orang.

Petugas pemadam kebakaran dan anggota tim penyelamat bekerja di landasan pacu Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad, 29 Desember 2024 untuk menyelamatkan dan mengevakuasi penumpang pesawat Boeing 737-800 milik Maskapai Jeju Air yang terbakar dan meledak setelah menabrak dinding usai mendarat..
Foto: Lee Young-ju/Newsis via AP
Petugas pemadam kebakaran dan anggota tim penyelamat bekerja di landasan pacu Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, Ahad, 29 Desember 2024 untuk menyelamatkan dan mengevakuasi penumpang pesawat Boeing 737-800 milik Maskapai Jeju Air yang terbakar dan meledak setelah menabrak dinding usai mendarat..

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sebuah pesawat penumpang terbakar pada Ahad (29/12/2024) setelah tergelincir dari landasan pacu di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan. Badan pesawat menghantam pagar beton ketika roda pendaratan gagal terbuka. Kabar terbaru hingga pukul 12.00 WIB, sedikitnya 85 orang tewas, kata para pejabat setempat, dalam salah satu bencana penerbangan terburuk di negara itu.

Badan Pemadam Kebakaran Nasional mengatakan tim penyelamat bergegas menyelamatkan orang-orang dari pesawat penumpang Jeju Air yang membawa 181 orang, 175 penumpang dan enam kru, di Bandara Muan, sekitar 288 km di barat daya Seoul. Kementerian Perhubungan mengidentifikasi pesawat itu sebagai jet Boeing 737-800 berusia 15 tahun dan mengatakan kecelakaan itu terjadi pada pukul 9:03 pagi waktu setempat atau pukul 07.00 WIB.

Baca Juga

Setidaknya 85 orang — 46 wanita dan 39 pria — tewas dalam kebakaran itu, kata badan itu. Petugas darurat menyelamatkan dua orang, keduanya anggota awak, dan pejabat kesehatan setempat mengatakan mereka masih sadar. Mereka mengerahkan 32 mobil pemadam kebakaran dan beberapa helikopter untuk memadamkan api.

Rekaman kecelakaan yang disiarkan oleh televisi YTN menunjukkan pesawat Jeju Air meluncur melintasi landasan udara, tampaknya dengan roda pendaratannya masih tertutup, dan bertabrakan langsung dengan dinding beton di pinggiran fasilitas itu. Stasiun TV lokal lainnya menayangkan rekaman yang menunjukkan gumpalan asap hitam tebal mengepul dari pesawat yang dilalap api.

Lee Jeong-hyeon, kepala stasiun pemadam kebakaran Muan, mengatakan dalam jumpa pers di televisi bahwa petugas penyelamat terus mencari jenazah yang berserakan akibat benturan pesawat. Pesawat hancur total, hanya bagian ekor yang masih bisa dikenali di antara reruntuhan, katanya.

Petugas sedang menyelidiki berbagai kemungkinan penyebab kecelakaan, termasuk apakah pesawat ditabrak burung yang menyebabkan masalah mekanis, kata Lee. Pejabat senior Kementerian Perhubungan Joo Jong-wan secara terpisah mengatakan kepada wartawan bahwa penyidik ​​pemerintah tiba di lokasi untuk menyelidiki penyebab kecelakaan dan kebakaran.

Pejabat darurat di Muan mengatakan roda pendaratan pesawat tampaknya tidak berfungsi. Kementerian Perhubungan mengatakan pesawat itu kembali dari Bangkok dan penumpangnya termasuk dua warga negara Thailand.

Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban kecelakaan melalui unggahan di platform sosial X. Paetongtarn mengatakan dia telah memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk segera memberikan bantuan.

Jeju Air dalam sebuah pernyataan menyampaikan "permintaan maaf yang mendalam" atas kecelakaan tersebut dan mengatakan akan melakukan "semaksimal mungkin untuk menangani dampak kecelakaan tersebut."

Ini adalah salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah penerbangan Korea Selatan. Terakhir kali Korea Selatan mengalami bencana udara berskala besar adalah pada tahun 1997, ketika sebuah pesawat Korean Airline jatuh di Guam, menewaskan 228 orang di dalamnya. Pada tahun 2013, sebuah pesawat Asiana Airlines mendarat darurat di San Francisco, menewaskan tiga orang dan melukai sekitar 200 orang.

Kecelakaan hari ini juga merupakan salah satu kecelakaan pendaratan terburuk sejak kecelakaan Juli 2007 yang menewaskan semua 187 orang di dalamnya dan 12 lainnya di darat. Kala itu, sebuah Airbus A320 meluncur dari landasan udara licin di Sao Paulo dan bertabrakan dengan sebuah gedung di dekatnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Flight Safety Foundation, sebuah kelompok nirlaba yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan udara.

Musibah ini terjadi saat Korea Selatan berada dalam krisis politik besar yang dipicu oleh pemberlakuan darurat militer yang mengejutkan oleh Presiden Yoon Suk Yeol dan pemakzulan berikutnya. Jumat lalu, anggota parlemen Korea Selatan memakzulkan penjabat Presiden Han Duck-soo dan menangguhkan tugasnya, yang menyebabkan Wakil Perdana Menteri Choi Sang-mok mengambil alih.

Choi memerintahkan pejabat untuk menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk menyelamatkan penumpang dan awak sebelum ia menuju ke Muan. Kantor Yoon mengatakan sekretaris utamanya, Chung Jin-suk, akan memimpin rapat darurat antara staf senior kepresidenan pada Ahad malam untuk membahas kecelakaan itu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement