REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Jenderal Awad Ibn Auf mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala dewan transisi Sudan pada Jumat (12/4). Hal itu dilakukan menyusul aksi demonstrasi rakyat Sudan yang menyerukan pembentukan pemerintahan sipil.
Dia mengungkapkan Kepala Staf Kamal Abdelmarouf al-Mahi telah dibebastugaskan dari posisinya sebagai wakil kepala dewan transisi. Kemudian yang akan menjabat sebagai kepala dewan transisi baru adalah Letnan Jenderal Abdel Fatah al-Burhan.
Pengunduran diri Ibn Auf disambut gembira oleh segenap rakyat Sudan yang menginginkan reformasi pemerintahan. Mereka memang tak menghendaki adanya tokoh, baik sipil maupun militer, yang lekat dengan presiden Omar al-Bashir mengisi posisi strategis di tubuh pemerintah.
The Sudanese Professionals Association (SPA), kelompok pemrotes utama di Sudan, menilai dewan militer tak mampu menciptakan perubahan. Mereka menyerukan agar kekuasaan segera diserahkan kepada pemerintah sipil transisi.
"Apa yang terjadi adalah langkah ke arah yang benar dan tunduk pada kehendak massa, dan kami telah menjadi lebih dekat dengan kemenangan," ujar juru bicara SPA Rashid Saeed.
"Kami berkomitmen untuk tuntutan kami bahwa kami tunduk kepada tentara. Kami meminta massa untuk tetap berada di jalan sampai semua tuntutan terpenuhi," kata Saeed menambahkan.
Abdelhamid Ahmed (24 tahun), seorang dokter yang turut berpartisipasi dalam aksi protes di Sudan mengatakan, dia tidak menolak dewan militer. "Kami pada dasarnya tidak menolak dewan militer, tapi kami menolak orang-orang ini berasal dari rezim al-Bashir," ucapnya.
Jenderal Ahmed Awad Ibn Auf telah ditetapkan menjadi ketua dewan transisi Sudan setelah Omar al-Bashir digulingkan dari kursi kepresidenan. Namun rakyat Sudan menentang pengambilalihan kontrol oleh militer karena hal itu tak sesuai dengan apa yang mereka perjuangkan selama melakukan demonstrasi beberapa pekan terakhir.
Ibn Auf sempat mengumumkan bahwa dewan militer akan memerintah Sudan selama dua tahun. Ia pun menyampaikan bahwa konstitusi telah ditangguhkan dan akan memberlakukan jam malam. Seusai pengumuman tersebut, rakyat Sudan bersumpah akan melanjutkan aksi demonstrasi.
"Perubahan tidak akan terjadi dengan seluruh rezim Bashir menipu warga sipil Sudan melalui kudeta militer," kata Alaa Salah, anggota terkemuka gerakan protes Sudan, dikutip laman Aljazirah.