REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sebanyak 355 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) se-Nusa Tenggara Barat (NTB) mengikuti pelatihan capacity building atau pengembangan kapasitas di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, NTB, Senin (22/4). Kegiatan yang bertajuk 'Mempersiapkan dan Mempercepat Akselerasi Ekonomi dan Keuangan Gigital' itu digagas Bank Indonesia (BI) NTB dan berlangsung selama dua hari.
"Mereka yang mengikuti pelatihan ini rata-rata sudah memiliki usaha yang sebagian besarnya bergerak di bidang kuliner, busana, dan kerajinan," ujar Kepala BI NTB Achris Sarwani.
Achris menyampaikan pelatihan ini dimaksudkan meningkatkan pemahaman para pelaku UMKM untuk memasarkan dan melakukan pembayaran produk UMKM melalui teknologi digital. Hal ini penting lantaran pengguna aktif internet di Indonesia ini mencapai 60 persen dari jumlah penduduk, termasuk di NTB yang pengguna internetnya mencapai 80 persen.
Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah mengatakan sudah saatnya UMKM NTB Go Digital. Sebab, dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, UMKM akan lebih produktif sehingga akan berpengaruh pada penurunan angka kemiskinan dan pengangguran.
"Pekerjaan rumah kita adalah meningkatkan produktivitas," ujar Rohmi.
Rohmi menilai, NTB memiliki kekayaan yang luar biasa, baik dari segi kerajinan, busana, kuliner, maupun UMKM lainnya sehingga, harus dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat. Kata Rohmi, setiap kabupaten dan kota di NTB memiliki produk UMKM yang berbeda.
"Sebaik apapun produk kita, sebaik apapun UMKM kita, tidak akan berarti apa-apa kalau tidak memanfaatkan teknologi. Kita harus mamanfaatkan HP kita untuk mempromosikan UMKM kita untuk skala nasional dan internasional," kata Rohmi.
Rohmi memandang, dengan dunia yang sudah berada di genggaman maka harus dijadikan peluang untuk melakukan hal-hal produktif. Rohmi berharap seluruh pelaku UMKM itu dapat melakukan perencanaan dengan baik guna meningkatkan produktifitas UMKM.
Ketua Dekranasda NTB Niken Saptarini Widiyawati mengatakan tidak semua UMKM mengikuti perkembangan zaman. Sampai saat ini, katanya, sekitar 36 persen UMKM di Indonesia masih offline atau tidak menggunakan informasi digital. Bahkan, baru sekitar 8 persen UMKM yang menggunakan digital penuh, mulai dari memasarkan hingga pembayaran sudah memanfaatkan digital.
"Itu memerlukan waktu dan kerja sama semua. Banyak potensi yang bisa dipasarkan melalui internet," ujar Niken.