REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Timah, Tbk mentargetkan laba bersih perusahaan pada 2019 ini sebesar Rp 1,2 triliun. Direktur Utama PT. Timah, Riza Pahlevi menjelaskan target tersebut memang dua kali lipat dari pencapaian 2018 kemarin.
Riza menjelaskan untuk mencapai target tersebut, TINS menetapkan beberapa strategi. Pertama, meningkatkan cadangan timah yang berada di di tambang timah yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan fokus pada aktivitas penambangan di lokasi yang cadangannya relatif mudah.
"Kedua, percepatan produksi bijih timah menjadi logam melalui peningkatan kapasitas, produktivitas, efektivitas, dan efesiensi," ujar Riza di Hotel Pullman, Selasa (23/4).
Ketiga, perusahaan akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas penjualan kepada target pasar dunia potensial. Keempat, menigkatkan besar modal kerja yang murah untuk menunjung keseluruhan aktivitas operasinal bisnis.
Perusahaan juga berencana untuk mengembangkan teknologi Ausmelt untuk memproses kadar bijih timah antara 40-50 persen.
"Tahun lalu kami membuat inovasi yaitu teknologi penambangan yang ramah lingkugan. Tahun ini TINS akan meningkatkan kapasitas alat pembersihan untuk menampung bijih timah dari pertambangan rakyat," ujar Riza.
Realisasi investasi pada 2018 tercatat sebesar Rp 1,1 triliun, yang dialokasikan untuk peningkatan kapasitas pada mesin dan instalasi, sarana pendukung produksi, rekondisi serta pembangunan teknologi furning yang digunakan untuk memproses kembali tin slag, yang saat ini tidak bisa diproses dengan tanur yang ada.
Timah pada 2018 tercatat mengantongi laba bersih sebesar Rp 531 miliar. Hal tersebut membuat perusahaan bisa membagikan deviden kepada para pemegang saham sebesar 35 persen dari laba.
Perusahaan membagikan sekitar Rp 185,97 miliar untuk deviden per sahamnya mencapai Rp 24,97. Deviden yang dibagi saat ini juga merupakan salah satu bentuk capaian perusahaan karena laba bersih perusahaan tumbuh enam persen dibandingkan 2017 yang sebesar Rp 502,43 miliar.