REPUBLIKA.CO.ID, CHARLOTTE -- Mahasiswa University of North Carolina berusaha menahan pelaku penembakan yang terjadi pada Selasa (30/4). Polisi mengatakan dalam upayanya menyelamatkan nyawa orang lain Riley Howell kehilangan nyawanya sendiri.
Mahasiswa berusia 21 tahun itu, salah satu mahasiswa yang sedang melakukan presentasi akhir mata kuliah antropologi ketika pelaku masuk ke dalam kelas dan melepaskan tembakan. Howell dan seorang mahasiswa lainnya tewas dalam penembakan tersebut sementara itu empat mahasiswa lainnya terluka parah.
"Howell menjegal kaki pelaku penembakan," kata Kepala Polisi Charlotte-Mecklenburg Kerr Putney, Kamis (2/5).
Tapi, kata Putney, Howell terluka parah sebelum akhirnya meninggal dunia. Ia mengatakan Howell melakukan apa yang polisi ajarkan dalam situasi penembakan.
"Entah Anda lari, bersembunyi dan berlindung atau Anda melakukan perlawanan kepada penyerang, tidak memiliki tempat berlindung, dia melakukan yang terakhir, tapi atas upayanya ini pelaku mungkin tidak berhasil dilumpuhkan, sayangnya ia kehilangan nyawanya dalam proses ini tapi ia mengorbankan diri untuk menyelamatkan banyak nyawa," kata Putney.
Ayah dari kekasih Howell mengatakan ia tidak terkejut mendengar Howell menjegal pelaku penembakan. Kevin Westmoreland, yang putrinya Lauren berkencan selama hampir enam tahun dengan Howell mengatakan Howell orang yang atletis dan penyayang. Ia yakin Howell dapat menjadi seorang pemadam kebakaran atau paramedis yang baik.
"Jika Lauren bersama Riley, mungkin dia akan maju untuk menghadapi kereta jika itu diperlukan, saya tidak sadar hal itu mungkin ia lakukan untuk orang lain," kata Westmoreland.
Keluarga Howell mengatakan putra mereka memiliki hati yang baik. Mereka mengenangnya sebagai orang yang berteman dengan siapa saja.
"Dia orang yang selalu mendahului orang lain sebelum dirinya dan tidak pernah ragu untuk menolong siapa pun yang membutuhkannya," kata keluarga Howell dalam pernyataan mereka.
Belum diketahui motif dari Trystan Andrew Terrell, pelaku penembakan. Juru bicara UNC-Charlotte Buffy Stephens mengatakan Terrel terdaftar sebagai mahasiswa di kampus tersebut tapi ia keluar pada semester ini. Kepala kepolisian kampus UNC Jeff Baker mengatakan Terrel tidak masuk radar sebagai potensi ancaman.
"Saya baru saja masuk kelas dan menembak sejumlah orang," kata Terrell kepada wartawan saat ia dibawa ke dalam kantor polisi.
Terrell yang berusia 22 tahun didakwa atas dua tuduhan pembunuhan, empat percobaan pembunuhan dan beberapa tuduhan lainnya. Putney mengatakan pelaku tidak mengincar orang tertentu tapi ia tidak memilih gedung secara acak. Putney tidak menjelaskannya lebih lanjut.
Pihak berwenang mengatakan mata kuliah antropologi biasanya kelas yang besar. Tapi mereka tidak menyebutkan berapa jumlah mahasiswa yang hadir saat penembakan terjadi. Putney mengatakan pistol yang digunakan pelaku dapat dibeli secara legal.
Saat ini Terrell sudah berada dalam tahanan dan diobservasi polisi. Kakek Terrell, Paul Rold mengatakan ayah Terrell dan pengacaranya belum diizinkan untuk menemuinya. "Ayahnya tidak memiliki petunjuk apa yang terjadi atau bagaimana ini terjadi," kata Rold di Arlington, Texas.
Rold mengatakan cucunya memiliki spektrum autisme tapi ia sangat cerdas dan cukup pintar mempelajari bahasa asing. Ia mengakui cucunya tidak terlalu banyak bergaul. Rold mengatakan penembakan massal seperti yang terjadi di UNC tidak akan berakhir sampai ada perubahan undang-undang yang mengurangi peredaran senjata di masyarakat.
"Sayangnya dalam masyarakat kami hal itu dapat diubah dengan mudah, dia tidak memiliki latar belakang dengan senjata atau koleksi senjata atau tertarik dengan senjata, dan bagaimana dalam waktu singkat dia dapat memiliki senjata, secara legal maupun ilegal, ini akan terus jadi masalah sampai Kongres melakukan sesuatu," kata Rold.