REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai Garuda Indonesia menyiapkan beberapa antisipasi untuk menyikapi rencana pemerintah menurunkan tarif batas atas tiket pesawat. Salah satu upaya Garuda adalah menggenjot pendapatan di luar penjualan tiket.
"Jadi kalau Garuda, pendapatan Garuda itu kalau dari tiket paling untung dua persen sehingga antisipasinya dari ancillary revenue, dari kargo misalnya," kata Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah di Hanggar 4 GMF Aero Asia, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (8/5).
Selain itu, Pikri memastikan Garuda juga akan memaksimalkan pendapatan dari iklan. Sebagai contoh, kata dia, satu stiker kecil di pesawat harganya sudah mencapai puluhan miliar sehingga menguntungkan bagi maskapai.
Dia menegaskan, pendapatan dari iklan sudah cukup besar untuk maskapai. "Garuda akan mengubah konsep bisnisnya dari hanya jual tiket menjadi jualan brand. Garuda selama ini kalau kerja sama kan bayar, kalau sekarang Garuda dibayar," tutur Pikri.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan tarif batas atas tiket pesawat akan diturunkan. "Harga batas atas turun 15 persen. Kita akan lihat bagaimana nanti perkembangannya," kata Luhut kepada wartawan di Gedung Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Rabu (8/5).
Luhut mengatakan keputusan tersebut atas usulan dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Luhut memastikan untuk menurunkan tarif batas atas pesawat juga telah disetujui oleh maskapai penerbangan dan Menteri BUMN Rini Soemarno.