REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kimia Farma (Persero) Tbk optimis dapat meningkatkan pangsa pasar industri farmasinya, bila pembentukan holding BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Farmasi terealisasi. Sejak tahun lalu diperkirakan akan dibentuknya holding BUMN Farmasi yang terdiri atas PT Kimia Farma (Persero), PT Bio Farma (Persero), dan PT Indofarma Tbk.
Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir mengatakan saat ini proses kajian untuk pembentukan holding farmasi telah rampung dan tengah memasuki tahapan penyusunan pengurusan Peraturan Pemerintah (PP).
"Bolanya ada di pemerintah untuk pengeluaran PP. Harapannya, semester I-2019 sudah bisa dibentuk holdingnya, kemungkinan Juni," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (11/5).
Menurutnya dari segi kesiapan dalam pembentukan holding BUMN Farmasi karena telah memiliki lini bisnis yang kuat mulai dari retail, produksi, hingga distribusi (end to end). Bahkan, pihaknya mengklaim, berada di posisi keempat dalam industri farmasi Indonesia dengan pangsa pasar tertinggi.
Ditambah dengan telah dilakukannya akuisisi PT Phapros pada Maret lalu, diyakini akan meningkatkan pangsa pasar perseroan.
Namun, sebagai perusahaan publik, posisi Kimia Farma dinilai akan sulit sehingga pemerintah memutuskan untuk menjadikan Bio Farma yang kepemilikan sahamnya 100 persen dimiliki pemerintah sebagai induk holding.
"Sekarang yang paling bagus 'market share' kan Kimia Farma, kami nomor empat. Bio Farma hanya monopoli vaksin saja. Tapi, lead-(holding)-nya di Bio Farma. Sementara Indofarma jauh di bawah," ucapnya.
Menurut dia bergabungnya perusahaan tersebut ke dalam holding BUMN Farmasi akan dapat mendongkrak pangsa pasar perusahaan pelat merah dalam industri tersebut.
"Kita berharap kalau holding ini terbentuk, setidak-tidaknya dari sisi market share kita nomor satu. Ke depan, kita perbaiki dengan sinergi dan efisiensi sehingga BUMN holding Farmasi ini bisa nomor satu secara market share di industri farmasi Indonesia," ujarnya.