REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kepada penasihat utamanya dia tidak ingin berperang dengan Iran. Trump telah berkomunikasi dengan tim keamanan nasional dan para penasihat lainnya untuk menjaga ketegangan dengan Iran agar tidak menjadi konflik bersenjata.
"Dia (Trump) tidak ingin berperang," ujar seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya, Jumat (17/5).
Namun, di sisi lain Trump juga ingin melindungi kepentingan AS di kawasan. Dalam kampanye pilpres 2016, Trump berjanji menghindari konflik di luar negeri.
Awal tahun ini dia memerintahkan pasukan AS keluar dari Suriah. Trump mengatakan kepada wartawan pada Kamis lalu, dia berharap AS tidak akan berperang dengan Iran.
"Semoga tidak," kata Trump.
Ketegangan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang potensi konflik AS-Iran. Awal pekan ini, AS menarik beberapa staf diplomatik dari kedutaan besarnya di Baghdad, setelah serangan sabotase terhadap empat kapal tanker minyak di Teluk.
"Presiden sudah jelas, AS tidak ingin berkonflik dengan Iran, dan dia terbuka untuk berbicara dengan para pemimpin Iran. Namun, opsi default Iran selama 40 tahun adalah kekerasan, dan kami akan melindungi personel dan kepentingan AS di kawasan ini," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Garrett Marquis.
Trump mengatakan, dia ingin meningkatkan hubungan diplomatik dengan Iran setahun setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015. Seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya mengatakan, Trump secara pribadi khawatir terhadap sikap beberapa penasihatnya, seperti penasihat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton yang mendorong perang. Di sisi lain, Pentagon menyiapkan opsi mengirim pasukan AS ke wilayah tersebut jika diperlukan mulai dari jumlah pasukan yang relatif kecil hingga berjumlah 120 ribu orang.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan kepada Fox News Channel tidak ada gesekan antara Trump dengan para penasihatnya. Menurutnya, Trump terbuka dengan berbagai sudut pandang yang berbeda.
"Dia orang Amerika yang terpilih. Dia akan mengambil informasi dan bimbingan dari semua tim keamanan nasionalnya dan dia kemudian akan membuat keputusan tentang apa yang menurutnya adalah hal terbaik dan teraman bagi rakyat Amerika," kata Sanders.