REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak program swasembada bawang putih digulirkan Kementerian Pertanian (Kementan), antusiasme petani untuk membudidayakan komoditas tersebut tumbuh. Hal itu terlihat dari awal partisipasi pertanaman yang hanya diikuti dua kabupaten yakni di Sembalun dan Temanggung, tahun ini akan ada 110 kabupaten yang akan berpartisipasi ikut serta berbudidaya.
Ketua Gapoktan Mugi Rejeki, Kecamatan Tawangmangu, Jawa Tengah, Bejo Supriyanto, mengatakan, saat ini sudah ada beberapa petani bawang putih di Kelurahan Kalisoro yang diajak bekerjasama dengan sejumlah importir bawang putih untuk tanam bawang putih.
“Ada sekitar lima hektare yang sudah bekerjasama tanam bawang putih dengan importir dari Semarang,” kata Bejo dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (18/5).
Kerjasama budidaya bawang putih dengan sejumlah importir tersebut, menurut Bejo, juga menambah gairah petani untuk tanam bawang putih seperti di Kecamatan Jatioso dan Jenawi. Adapun kawasan yang dikerjasamakan dengan sejumlah importir itu dengan luas lahan sekitar 80 hektare.
Bejo mengatakan, dalam kerja sama itu, petani mendapat bantuan bibit bawang putih sebanyak 500 kilogram (kg) per hektare dan sarana produksi (saprodi) sekitar Rp 15 juta. Adapun saat masa panen, sebanyak 30 persen hasil produksinya untuk importir dan sisanya 70 persen menjadi milik petani.
“Kerja sama ini memang menarik bagi petani, karena petani hanya menyediakan lahan dan tenaga kerja,” kata Bejo.
Bawang putih yang ditanam petani di lereng Gunung Lawu tersebut produktivitasnya antara 15-18 ton per hektare. Sedangkan harga jual di tingkat petani Rp 20 ribu-25 ribu per kg untuk bawang putih basah. Untuk bawang putih yang dikeringkan, harganya antara Rp 32 ribu-35 ribu per kg. Dia menjelaskan, masa tanam bawang putih dilakukan setahun sekali dan bibitnya Tawangmangu Baru.
Lebih lanjut dia menyebut, bawang putih yang ditanam pada Mei bisa dipanen pada akhir September dan awal Oktober. Di Magelang yang pernah menyimpan sejarah panjang kejayaan bawang putih, juga ingin kembali menjadi sentra bawang putih. Potensi pengembangan bawang putih di wilayah tersebut berada di tiga kecamatan di lereng Gunung Sumbing yaitu Kecamatan Kaliangkrik, Kajoran dan Windusari.
Berdasarkan catatan Kementan, luas tanam bawang putih di kawasan tersebut dulunya rata-rata mencapai 1.500 hektare per tahun dengan produksi 9.000 ton. Bahkan sisa-sisa kejayaan tersebut secara kasat mata masih dapat dilihat di Desa Sutopati dan Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran berupa gudang bawang putih. Selain itu terdapat bangunan rumah mewah dengan atap rumah dicor, berfungsi untuk penjemuran bawang putih.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Tri Agung mengatakan, sejak digulirkan program swasembada bawang putih, luas tambah tanam dan luas panen di Magelang kembali bertambah. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang mencatat, luas panen bawang putih pada 2016 hanya mencapai 38 hektare dengan produksi hanya 178 ton. Namun pada 2018, luas tanam melonjak naik hingga 500 hektare lebih.
“Kami optimistis kejayaan bawang putih Magelang bisa dibangkitkan kembali, baik anggarannya melalui APBN maupun wajib tanam importir,” katanya.
Di Megelang, kata dia, penanaman bawang putih juga dilakukan dengan kemitraan antara PT Sentosa Indo Permata dengan Kelompok Tani Sidomulyo 2, Desa Madyogondo, Kecamatan Ngablak. Dirsektur Jenderal Tanaman Hortikultura Kementan Suwandi mengatakan, sesuai kebijakan pemerintah, importir yang mendapat Rekomendasi Izin Impor Hortikultura (RIPH) wajib menanam sebanyak lima persen dari kuota impor yang mereka dapatkan. Untuk tahun 2019, pemerintah sudah mengeluarkan 21 RIPH.
Salah satu persyaratan mendapatkan RIPH adalah importir sudah menanam bawang putih di dalam negeri. “Mereka (importir) ada yang bermitra dengan petani ada juga yang menyewa lahan, bahkan ada yang memiliki lahan sendiri. Saat ini ada lahan kemitraan tersebut yang sudah panen dan hasilnya dibeli lagi pihak importir untuk dijadikan benih,” kata Suwandi.
Suwandi berharap, tahun 2021 nanti saat swasembada bawang putih berhasil dicapai, nantinya statusnya importir bisa menjadi produsen bawang putih dalam negeri dan petani dapat menjadi produsen benih. Dari program tersebut, dia berharap terjadi kemitraan yang berkelanjutan agar saling menguntungkan.
“Mereka bisa terus bermitra dengan petani, sehingga ada keberlanjutan usaha. Apalagi produksi bawang putih tersebut pasti akan diserap pasar,” kata dia.
Diketahui, saat ini Indonesia masih mengimpor 90 persen kebutuhan bawang putihnya. Mayoritas impor bawang putih tersebut berasal dari Cina. Kebutuhan konsumsi bawang putih di Indonesia tercatat berada di kisaran 42 ribu ton per bulan.