Rabu 22 May 2019 14:21 WIB

Politisi Prancis Tuding Inggris Ekspor Krisis Politik

Inggris dituding mengekspor krisis politik ke seluruh negara Uni Eropa.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Matt Dunham
Bendera Uni Eropa dan bendera Inggris yang ditinggalkan demonstran pro-Brexit di Parliament Square di London, 29 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Politisi Prancis Nathalie Loiseau mengatakan Inggris harusnya tidak 'mengekspor krisis politik' ke seluruh Eropa. Loiseau ujung tombak Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pemilu Uni Eropa bulan depan. 

"Kami menghormati Inggris, kami meminta mereka untuk membiarkan kami maju dengan jalur kami sendiri, dan di saat yang sama kami meminta Inggris tidak mengekspor krisis politik ke seluruh Uni Eropa," kata Loiseau kepada stasiun radio RTL, Rabu (22/5). 

Baca Juga

Pada Selasa (21/5), Perdana Menteri Inggris membentuk 'kesepakatan baru' atas hengkangnya Inggris dari Uni Eropa. Dalam kesepakatan baru ini, May menawarkan Parlemen Inggris untuk memiliki kesepakatan untuk melakukan pemungutan suara apakah perlu dilakukan referendum kedua atau tidak demi memecah kebuntuan selama ini. 

Loiseau menegaskan semua keputusan Brexit berada ditangan Inggris, apakah mereka ingin melanjutkannya atau menggelar referendum kedua. 

Dengan perbandingan suara 52-48 persen rakyat Inggris sudah menyatakan ingin keluar dari Uni Eropa pada referendum 2016 lalu. Tapi sampai saat ini politisi-politisi Inggris belum menyepakati kapan, bagaimana dan apakah Brexit benar-benar dilakukan atau tidak. Rencana awalnya Brexit akan dilakukan pada 29 Maret. 

Namun, May tidak berhasil mendapat dukungan dari parlemen. Tiga parlemen Inggris menolak kesepakatan May yang dikenal Kesepakatan Penarikan. Kini, Brexit dijadwalkan dilakukan pada 31 Oktober. 

Banyak politisi dan pemimpin negara Eropa yang mengkritik Brexit. Pekan lalu Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan ide dasar Brexit salah arah dan menyebabkan kekacauan di Inggris. Menurutnya, ide Inggris keluar dari Uni Eropa justru mendatangkan penderitaan. 

"Saya pikir seluruh konsep Brexit salah, membawa ke dalam sejumlah kekecauan dan penderitaan di Inggris, itu faktanya," kata Rutte di Den Haag. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement