REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Terdapat tujuh kandidat yang dilaporkan maju untuk menggantikan posisi Perdana Menteri Inggris Theresa May. Sebelumnya, May telah mengumumkan pengunduran dirinya Jumat (24/5) lalu.
May mengungkapkan, ia berhenti karena kegagalannya mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa (UE) atau Brexit. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi penerus May ke depan.
Beberapa nama diantaranya, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, mantan menteri Brexit Dominic Raab, dan mantan pemimpin House of Commons Andrea Leadsom disebutkan pada Sabtu bergabung dalam sejumlah calon yang akan maju untuk menggantikan May. "Kami harus mengusulkan kesepakatan yang akan melewati parlemen ini. Kita harus bicara jujur tentang pertukarannya," kata Hancock.
Selain itu, mantan menteri luar negeri Boris Johnson, Menteri Luar Megeri Jeremy Hunt, Menteri Pembangunan Internasional Rory Stewart, dan mantan menteri kerja dan pensiun Esther McVey telah mengumumkan mereka akan turut serta. Kemudian dilaporkan Menteri Lingkungan Michael Gove akan mengumumkan pencalonannya pada Ahad (26/5).
May gagal selama tiga kali untuk mendapatkan kesepakatan perpisahan Brexit yang dia setujui dengan UE melalui parlemen. Ini karena perpecahan yang mendalam dan berjangka panjang di Partai Konservatif atas Eropa.
Inggris seharusnya keluar dari UE pada 29 Maret 2019. Namun, tenggat waktu ini telah diperpanjang hingga 31 Oktober. Hal ini untuk mengupayakan ada kompromi yang bisa dicapai.
Semua orang yang berdiri mengatakan mereka dapat membangun konsensus atau mengubah kesepakatan Mei. Meskipun UE menyatakan tidak akan menegosiasikan kembali perjanjian itu.
Seorang tokoh terkemuka di kalangan Konservatif pro-Brexit, Raab mengatakan, dia tidak ingin Inggris keluar tanpa kesepakatan. Akan tetapi akan melakukannya jika UE menolak untuk mengalah.
Survei menunjukkan para anggota yang pro-Brexit, lebih suka meninggalkan UE tanpa kesepakatan. Boris Johnson merupakan pengganti favorit yang jelas akan diterima. Ia juga mengatakan Inggris harus siap keluar dari blok tanpa kesepakatan jika tidak ada kesepakatan yang dapat diterima.
"Kami akan meninggalkan Uni Eropa pada 31 Oktober, kesepakatan atau tidak," kata Johnson pada konferensi ekonomi di Swiss, Jumat.
Perpecahan partai atas UE telah menyebabkan runtuhnya empat perdana menteri terakhirnya, diantaranya May, Cameron, John Major dan Margaret Thatcher. Ada sedikit indikasi perpecahan ini akan segera dipulihkan.
"Ada ketegangan besar dalam kontestasi ini, yaitu orang-orang akan didorong untuk menjanjikan hal-hal yang tidak dapat mereka sampaikan. Kemungkinan yang paling dramatis adalah menjanjikan Brexit tanpa kesepakatan," ucap salah satu anggota parlemen, Rory Stewart.