REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Tiga kapal perang China berlayar meninggalkan Sydney pada Jumat (7/6), setelah kunjungan mendadak di tengah pergumulan pengaruh antara Australia dan China di Pasifik. Kunjungan pamer kekuatan oleh satu fregat (kapal perang berukuran sedang), kapal pemasok dan kapal perang amfibi direncanakan dilakukan tapi tak pernah diumumkan oleh Canberra.
"Itu menimbulkan banyak kekacauan," kata John Blaxland, profesor studi intelijen dan keamanan internasional di Australian National University di Canberra, kepada Australian Broadcasting Corporation pada Jumat (7/6).
"Kapal tersebut tiba di lepas pantai Darling Point dan tempat terkenal lain di pelabuhan Sydney tanpa diketahui lebih dulu oleh orang-orang dan dengan pelaut serta tentara bersenjata di dek kapal yang kelihatan cukup agresif."
Semua kapal itu berlayar menuju China di bawah langit kelam menjelang sore. Kapal-kapal perang tersebut tiba pada malam peringatan ke-30 penindasan berdarah China atas pemrotes prodemokrasi di Lapangan Tiananmen dan sekitarnya pada 4 Juni 1989. Banyak gambar memperlihatkan anggota masyarakat China sedang menunggu di dermaga Angkatan Laut tempat kapal itu berlabuh untuk menyambut awak kapal.
"Itu adalah kunjungan balasan sebab beberapa kapal Angkatan Laut Australia telah mengunjungi China," kata Perdana Menteri Australian Scott Morrison kepada wartawan di Ibu Kota Kepulauan Solomon, Honiara, pekan ini.
"Jadi itu mungkin telah mengejutkan yang lain, tapi itu tentu saja tidak mengejutkan buat pemerintah."
Hubungan antara Australia dan China menyentuh batas rendah tahun lalu, ketika Canberra mengesahkan hukum, yang bertujuan menggagalkan pengaruh China dalam urusan dalam negeri. Selain itu, sikap agresif China di Laut China Selatan yang menjadi sengketa menjadi alasan lain.
Australia telah menawarkan dukungan diplomatik untuk kebebasan pelayaran bagi Amerika Serikat melalui Laut China Selatan.