Rabu 12 Jun 2019 15:34 WIB

Melacak Keberadaan Lukisan Da Vinci di Putra Mahkota Saudi

Lukisan da Vinci diprediksi kuat berada di tangan Mohammed bin Salman.

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
Lukisan Salvador Mundi karya Leonardo Da Vinci seharga Rp 6 triliun rencananya akan dipamerkan di Museum Louvre Abu Dhabi.
Foto: EPA
Lukisan Salvador Mundi karya Leonardo Da Vinci seharga Rp 6 triliun rencananya akan dipamerkan di Museum Louvre Abu Dhabi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Ketika lukisan Salvator Mundi yang terkenal dan diyakini sebagai karya Leonardo da Vinci dijual kepada seorang penawar anonim sebesar 450 juta dolar AS pada akhir 2017, berbagai spekulasi bermunculan. 

Dunia seni dihebohkan dengan pertanyaan siapakah orang yang membeli karya tersebut dan apa arti penjualan tersebut bagi penggemar seni di masa yang akan datang?    

Baca Juga

Saat itu, sejumlah spekulasi yang bermunculan mengatakan bahwa lukisan itu mungkin nanti akan dipajang di Louvre di Ibu Kota Abu Dhabi,  Uni Emirat Arab (UEA). Museum itu baru saja diresmikan pada bulan sama ketika karya Salvator Mundi dijual.  

Namun, lukisan tersebut tidak pernah ada di sana. Pembukaan resmi Louvre Abu Dhabi juga mengalami penundaan dari rencana semula yaitu pada tahun lalu. Hingga kini, belum ada tanggal baru yang ditetapkan untuk acara tersebut.    

Namun, rumor mengenai keberadaan lukisan itu semakin meningkat. Salah satunya melibatkan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman. Dia diyakini sebagai sekutu dekat UEA yang mungkin berada di balik pembelian lukisan itu.     

Sebuah situs web untuk penjualan barang-barang seni, Artnet mengklaim telah menemukan lukisan Salvator Mundi yang tak kunjung diketahui keberadaannya. Lukisan itu disebut berada dalam sebuah kapal pesiar pribadi yang dibeli Mohammed.  

Laporan Artnet mengutip beberapa sumber yang tak disebutkan namanya dan mengatakan bahwa lukisan itu memang telah dimiliki Arab Saudi. Dugaan bahwa Salvator Mundi tidak pernah berhasil sampai ke Louvre Abu Dhabi adalah benar.    

Meski demikian, perwakilan Louvre di Ibu Kota Paris, Prancis serta Pusat Komunikasi Internasional Arab Saudi tidak memberikan tanggapan terhadap klaim tersebut pada Selasa (11/6). Tidak adanya lukisan tersebut di Louvre Abu Dhabi telah memunculkan banyak pertanyaan, termasuk mengenai proyek museum yang ambisius tersebut.     

Itu adalah pertama kalinya Louvre, sebagai salah satu institusi seni terhormat di Prancis melakukan ekspansi ke luar negeri. Perjanjian yang mengizinkan museum di UEA menggunakan nama Louvre telah menjadi sangat kontroversial sejak awal, namun semakin kontroversial karena lukisan Salvator Mundi tersebut.     

Human Rights Watch mengatakan pada 2015 proyek UEA terperosok dalam skandal buruh migran. Beberapa pekerja dan kelompok hak asasi manusia mengatakan pada saat itu bahwa terjadi penahanan upah dan tunjangan untuk pekerja.      

Proyek yang dibuat pemerintah negara itu juga gagal mengembalikan biaya perekrutan. Bahkan, mereka menyita paspor pekerja dan pekerja rumah di akomodasi di bawah standar.   

Tetapi, kembali kepada kontroversi Salvator Mundi, tampaknya Mohammed yang disebut sebagai pemilik baru lukisan itu telah menghadapi kritik yang lebih keras dari banyak kelompok hak asasi manusia.

Di antaranya atas intervesi militer Arab Saudi di Yaman, serta dugaan kuat yang didasarkan pada kesimpulan CIA bahwa dia berada di balik pembunuhan jurnalis sekaligus kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi pada Oktober 2018.    

Kontroversi terbaru yang melibatkan putra mahkota juga dapat menghalangi gagasan kerajaan untuk mengubah reruntuhan gurun al-Ula di Arab Saudi menjadi pusat budaya. Mohammed sendiri telah memimpin rencana-rencana yang dinilai dapat mendiversifikasi ekonomi kerajaan, yang saat ini sangat bergantung pada pendapatan minyak.   

Sementara proyek budaya itu selesai dilaksanakan, Artnet melaporkan bahwa Salvator Mundi akan tetap berada di atas kapal pesiar mewah Sang Putra Mahkota Arab Saudi. Lukisan itu sendiri menggambarkan sosok Yesus dalam kepercayaan umat Nasrani.  

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement