REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO -- Berduyun-duyun masyarakat mendatangi lapangan Desa Pagerejo, Kertek, Wonosobo. Waktu memasuki pukul enam pagi, udara masih dingin menggigit diselimuti kabut. Namun lapangan sudah lebih sesak dengan warga yang ingin menonton festival balon traditional.
Satu per satu tim yang akan ikut festival memasuki kotak persegi ukuran 2x2 meter yang sudah disiapkan panitia. Di dalam area ini setiap tim akan mempersiapkan balon mereka untuk diterbangkan. Peserta tiap tim pun mengenakan kostum-kostum unik. Mulai seragam sekolah SD hingga tokoh wayang menjadi pilihan.
Iringan alat musik seadanya dari pendukurng tim ikut memeriahkan selama proses penerbangan balon. Pendukung ini saling bersahutan menambah keriuhan suasana. Dalam sekejap lapangan seolah menjadi pasar malam yang penuh sesak.
Sekitar 119 balon ukuran raksasa akan beterbangan pada pagi itu. Semua membayangkan sangat meriahnya langit di atas Kalimantan Pengerejo. Balon dengan aneka warna dan corak, sangat apik dan menarik. Panjang balon bisa kenapa 3 meter dengan diameter bervariasi.
Ada yang berbeda dengan peraturan yang digunakan pada festival kali ini. Balon peserta wajib diikat dengan tali. Sehingga, balon tidak langsung lepas ke angkasa. Hal ini bertujuan agar balon yang terbang liar tidak mengganggu penerbangan.
Namun, ada hal yang tidak diprediksi terjadi pagi itu. Memasuki waktu penerbangan balon cuaca kurang bersahabat. Kabut tebal dan angin menerpa lapangan. Semua tim kewalahan saat mencoba menerbangkan balon.
"Perlu udara tenang, itu faktor penting saat menerbangkan," kata Yanto salah satu peserta yang ikut. "Kalau angin cukup kencang seperti ini sangat kesulitan untuk bisa naik bagus," lanjutnya. Dia membawa dua balon untuk diterbangkan.
Meski cuaca kurang bagus, dan balon tidak terbang sempurna, tidak mengurangi kemeriahan acara festival balon. Warna-warna dan corak balon membuat penonton berdecak kagum. Meski warga desa mereka tidak kalah untuk berkreasi dalam membuat balon udara. Layak ditunggu untuk festival di tahun depan.