Kamis 20 Jun 2019 15:26 WIB

AS Sangkal Terbangkan Drone di Wilayah Iran

Pasukan Garda Revolusi Iran mengaku menembak jatuh drone milik AS.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Drone (ilustrasi)
Foto: DEFENCE IMAGES
Drone (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat (AS) menyatakan, tidak menerbangkan pesawat tak berawak atau drone di atas wilayah udara Iran. Pernyataan itu dikeluarkan menyusul adanya laporan bahwa Pasukan Garda Revolusi Iran telah menembak jatuh drone milik AS. 

"Tidak ada pesawat AS yang beroperasi di wilayah udara Iran hari ini," ujar juru bicara Komando Pusat Militer AS, Bill Urban, Kamis (20/6).

Baca Juga

Pengawal Revolusi Iran menyatakan telah menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak milik AS. Mereka mengklaim telah menembak jatuh RQ-4 Global Hawk di wilayah udara Iran di dekat distrik Kouhmobarak di Provinsi Hormozgan. Kouhmobarak berjarak sekitar 1.200 kilometer sebelah tenggara Teheran dan dekat dengan Selat Hormuz. 

Sebelumnya, militer AS menuding Iran telah menembakkan rudal ke pesawat tak berawak pada pekan lalu sebagai tanggapan atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman. AS menyalahkan Iran atas serangan kapal tanker tersebut. 

Pekan ini, AS telah mengerahkan pasukan tambahan ke Timur Tengah untuk mengantipasi ancaman Iran. Sementara, di Yaman, kelompok pemberontak Houthi yang beraliansi dengan Iran telah meluncurkan drone bermuatan bom ke Arab Saudi. Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, Presiden AS Donald Trump telah mendapatkan informasi mengenai serangan rudal di Arab Saudi.

"Kami sedang memantau situasi dengan seksama, dan terus berkonsultasi dengan mitra dan sekutu kami," ujar Sanders. 

Sebuah koalisi yang dipimpin Saudi telah berperang melawan Houthi sejak Maret 2015 di Yaman. Saluran berita satelit Houthi, Al Masirah mengklaim para pemberontak menargetkan untuk menyerang pembangkit listrik di Jizan, yakni perbatasan antara Saudi dan Yaman. 

Peningkatan ketegangan tersebut dikhawatirkan dapat mendorong Iran dan AS ke dalam konflik terbuka. Sejumlah pengamat telah mengatakan AS harus berhati-hati agar tidak membuat situasi Iran seperti Irak. 

Di era mantan presiden George W Bush, AS melakukan invasi di Irak dengan alasan mengutip infomasi intelijen mantan presiden Irak Saddam Hussein memiliki hubungan dengan Alqaidah dan secara diam-diam negaranya mengembangkan senjata nuklir, kimia, dan biologi. Namun, kedua tuduhan tersebut terbukti salah. 

sumber : Reuters/ AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement