REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan total beras yang tersimpan di gudang Bulog sebanyak 2,3 juta ton, Perum Bulog mengaku siap menjalankan persaingan dengan swasta untuk menggenjot penyaluran. Selain melalui operasi pasar dan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang dijalankan Kementerian Sosial (Kemensos), Bulog menegaskan siap mencari alternatif penyaluran layaknya swasta.
Direktur Komersial Perum Bulog Judith Dipodiputro mengatakan, kapasitas Bulog sebagai lembaga yang menjaga stabilitas harga dan pasokan sudah terbukti sejak didirikannya Bulog pada 2003. Dia menyebut salah satu kelebihan yang dimiliki Bulog adalah mampu menyalurkan pasokan ke wilayah terpencil, terdalam, dan tertinggal (3T).
“Ketika di daerah nggak ada pasokan, apakah swasta mau bertindak? Nyatanya, hanya Bulog yang mampu mengakses itu,” kata Judith saat ditemui dalam pameran Agro Pangan, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (27/6).
Artinya, kata dia, selama ini Bulog sudah memiliki kapasitas yang jauh lebih mampu dibandingkan dengan swasta. Sehingga, apapun opsi penyaluran yang dimungkinkan dilakukan oleh Bulog akan segera dilakukan. Sebab, komitmen menjaga stabilitas harga tak sepenuhnya dilakukan oleh swasta.