Jumat 28 Jun 2019 10:41 WIB

Vietnam Kini Jadi Target AS dalam Perang Dagang

Departemen Keuangan AS menambahkan Vietnam ke daftar negara yang sedang dipantau

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Presiden AS, Donald Trump
Foto: VOA
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, HO CHI MINH -- Popularitas Vietnam baru-baru ini sebagai ‘pemenang’ perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China memberikan dampak baru. Perhatian yang tidak diinginkan datang dari Presiden AS Donald Trump.

Perhatian tersebut muncul dalam pernyataan Trump ketika wawancara dengan Fox Business Network beberapa waktu lalu. Menurutnya, pihak AS kini tengah berdiskusi dengan Vietnam.

Baca Juga

"Vietnam hampir menjadi yang terburuk, meski jauh lebih kecil dari China, tapi (Vietnam) merupakan yang terburuk dibandingkan yang lainnya," ujar Trump, seperti dilansir di Bloomberg, Kamis (27/6).

Baru bulan lalu, Departemen Keuangan AS menambahkan Vietnam ke daftar negara yang sedang dipantau terkait kemungkinan manipulasi mata uang. Indeks acuan negara VN Index merosot 1,7 persen pada Kamis, terendah sejak 12 Februari lalu.

Vietnam diketahui mendapat manfaat dari lonjakan ekspor dan investasi asing yang ‘kabur’ dari China. Hal ini seiring dengan keinginan para investor untuk mengurangi operasi di China ataupun menghindari tarif AS yang lebih tinggi.

Kondisi ini juga melawan klaim bahwa eksportir China mengarahkan barang-barang mereka melalui Vietnam sekaligus menghindari label palsu pada produk mereka untuk memotong tarif. Sebab, beberapa di antara eksportir dicurigai menyematkan label Made In Vietnam terhadap produk yang dikirim ke AS untuk menghindari tarif impor yang tinggi.

Pengawasan yang lebih intensif dari AS dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi Vietnam yang bergantung pada perdagangan. Surplus perdagangannya dengan AS tercatat mencapai 20 miliar dolar AS sejak 2014, hampir menjangkau 39,5 miliar dolar AS pada tahun lalu untuk rekor tertinggi pada 1990, menurut data Biro Sensus AS.

Pialang dan konsultan pabean AS yang berpusat di Kota Ho Chi Minh, Nestor Scherbey, menuturkan bahwa memang ada risiko bagi Vietnam. "Sebanyak 30 persen impor Vietnam adalah bahan dari China dan komponennya digunakan untuk manufaktur yang hasil akhirnya akan diekspor. Ini area risikonya," ujarnya.

Vietnam telah mengambil langkah untuk menghindari kemarahan AS. Pada awal bulan ini, pemerintahan menyatakan bahwa mereka akan menjatuhkan hukuman pada barang-barang China yang ditransfer ke negara tersebut dan secara ilegal diberi label Made in Vietnam untuk diekspor ke AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement