REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Matthijs de Ligt mendadak jadi pesepak bola paling dibicarakan dalam bursa transfer musim panas kali ini. Bagaimana tidak, kapten Ajax tersebut menjadi incaran klub-klub raksasa Eropa, setelah membawa timnya melaju hingga semifinal Liga Champions.
Setelah dikabarkan akan bergabung dengan Barcelona dan Paris Saint-Germain, De Ligt pun lebih memilih Juventus sebagai pelabuhan keduanya setelah Ajax. Keputusan ini menjadi lompatan besar sang kapten termuda dalam sejarah Ajax.
Maklum, De Ligt telah berada di klub asal Amsterdam sejak usianya masih sembilan tahun. Kepergian Davinson Sanchez ke Tottenham Hotspur pada Agustus 2017 membuatnya menjadi pemain inti Ajax. Pemain bertubuh jangkung itu pun melepas ban kaptennya, usai memutuskan untuk bertolak ke Turin, markas Juventus. Ia pun lolos tes medis, setelah tiba di Turin dengan jet pribadi. Kepergian De Ligt itu setelah Ajax dan Juve sepakat dengan biaya transfer sebesar 75 juta euro atau Rp 1,1 triliun.
''Saya senang berada di sini,'' ucap De Ligt seperti dikutip dari BBC, Rabu (17/7).
Angka tersebut membuat De Ligt menjadi bek termahal sepanjang sejarah Serie A, dan masuk dalam jajaran tiga bek termahal di dunia, bersaam Virgil van Dijk dan Lucas Hernandez. De Ligt, yang Agustus nanti berusia 20 tahun itu akan menandatangani kontrak selama lima tahun. Gajinya pun cukup fantastis untuk ukuran pemain remaja.
De Ligt dibayar 7,5 juta euro atau Rp 116 miliar per musim, ditambah dengan bonus 4,5 juta euro. Dia juga akan dipagari klausul pelepasan dalam kontraknya sebesar 150 juta euro atau Rp2,3 triliun yang akan meningkat setiap tahunnya. Pemain termuda tim nasional Belanda sejak 1945 itu pun akan menggantikan Andrea Barzgali dan Martin Caceres di lini pertahanan. Walaupun sampai saat ini Juventus belum mengumumkan secara resmi bahwa De Ligt telah berseragam hitam putih.
Dengan tinggi badan 189 cm, De Ligt punya kemampuan fisik yang kokoh, dalam menghalau set-piece. Dia juga kerap melakukan clean takling terhadap lawan, setelah kecepatan yang baik dalam mengejar musuh. Bukan itu saja, De Ligt pun kerap menjadi pemecah kebuntuan di saat rekan-rekannya kesulitan mencetak gol.
Dengan tubuhnya yang tinggi, proses set-piece menjadi andalannya. Ia telah mencetak delapan gol dalam 77 pertandingan di liga. Bahkan, Juventus sendiri merasakan ketajaman De Ligt, saat mencetak gol dalam perempat-final Liga Champions.