REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangsa Seljuk yang dipimpin oleh suku Oghuz Turki mulai bermigrasi ke Anatolia sejak abad ke-11 M dan membentuk basis kekuatan yang hebat dalam dunia Islam. Migrasi bangsa Seljuk ke Anatolia yang begitu cepat dari timur menuju barat telah mengubah wajah dan karakter Anatolia, yang sebelumnya memiliki karakter seperti negara Eropa.
Seiring pesatnya migrasi bangsa Seljuk, telah membuat kawasan Anatolia lebih berkarakter Turki dibandingkan Eropa, sejak abad ke-12 M. Tak hanya itu, bangsa Seljuk pun berhasil membangun Kekaisaran Seljuk Agung yang wilayah kekuasaannya terbentang dari Anatolia hingga Asia Selatan.
Tak heran, jika sejarah menuliskan kebesaran dan keagungan Kekaisaran Seljuk Agung dengan tinta emas. Pada masa pemerintahan Sultan Maliksyah, wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk begitu luas, terbentang dari Kashgor sebuah daerah di ujung daerah Turki sampai ke Yerussalem.
Lima wilayah
Dalam menjalankan roda pemerintahan, penguasa Dinasti Seljuk membagi wilayah yang luas itu menjadi lima. Masing-masing wilayah tersebut dipimpin oleh gubernur yang bergelar syekh atau malik.
Wilayah pertama dinamakan Seljuk Besar. Wilayahnya meliputi Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang.
Kedua, Seljuk Kirman. Wilayah kekuasaannya berada di bawah keluarga Qawurt Beg bin Daud bin Mikail bin Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah adalah 12 orang.
Ketiga, Seljuk Irak dan Kurdistan. Pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan orang syekh. Keempat Seljuk Suriah. Wilayah ini diperintah oleh keluarga Tutush bin Alp Arslan bin Daud bin Mikail bin Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah ada lima orang.
Kelima adalah Seljuk Ruum. Wilayah ini dipimpin oleh keluarga Qutlumsy bin Arslan Israil bin Seljuk dengan jumlah syekh yang memerintah seluruhnya 17 orang.
Selain membagi wilayah menjadi lima, penguasa Bani Seljuk juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaihi. Jabatan ini membawahi beberapa departemen.
Ilmu pengetahuan
Pada masa Alp Arslan, ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang dibantu oleh Perdana Menterinya, Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Menurut Philip K Hitti, dalam bukunya History of Arabs, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari.
Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun Dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa. Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi, dan jalan raya dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maliksyah.
Setelah Sultan Maliksyah dan Perdana Menteri Nizham al-Mulk wafat, Kesultanan Seljuk mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga timbul. Setiap provinsi berusaha melepaskan diri dari pemerintah pusat. Konflik-konflik dan peperangan antaranggota keluarga melemahkan mereka sendiri.
Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti Syah Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti Seljuk di Irak berakhir di tangan Alauddin Aziz, seorang gubernur dari suku Syah Khawarizm, pada 590 H/l199 M.