REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Olahraga seharusnya mampu mempersatukan perbedaan suku, agama, ras, dan pandangan politik. Namun di negara liberal seperti Amerika Serikat (AS), olahraga ternyata masih belum bisa menembus hal tersebut.
Paling tidak melihat dari satu kasus saat kamp basket yang seharusnya diikuti pebasket asal Turki Enes Kanter dibubarkan.
Kanter telah menjalani pekan yang tenang sejak bergabung dengan Boston Celtics. Big Man Celtics yang telah menghabiskan beberapa hari terakhir di AS itu bertemu dengan anggota Kongres. Ia terus berbicara menentang penindasan di negara asalnya, Turki.
Tetapi Kanter mengalami penindasan itu pada hari Rabu (24/7) waktu AS ketika Islamic Center of New York (ICNY) membatalkan kamp basketnya yang akan datang setelah menghadapi tekanan dari Konsulat Turki di New York City. ICNY mengonfirmasi bahwa kamp tersebut telah dibatalkan lewat akun Twitter, tetapi Kanter tidak senang dengan pernyataan itu, yang mengutip "keadaan yang tidak terduga" sebagai alasan untuk membatalkan kamp.
“Belum pernah terjadi? Anda membiarkan #TurkishDictator dan @TRConsulNY menjalankan masjid Anda. Umat Islam harus memahami bahwa kita memiliki kebebasan dan tidak perlu tunduk pada para diktator. Saya akan membuat perkemahan gratis untuk anak-anak di tempat lain,” ujar Kanter dikutip dari laman Yahoosports, Jumat (26/7). “Kami memberi tahu anak-anak untuk menentang pengganggu, tetapi Anda mengizinkan Pemerintah Turki menggertak Anda.”
Kanter memang sudah lama mengkritik Turki dan Presiden Recep Tayyip Erdogan yang mencabut paspor pria veteran itu pada 2017. Pemerintah Turki mengancam akan memenjarakannya.