REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa hidupnya Khalifah Abu Bakar as- Siddiq memiliki empat orang istri. Dua di antaranya, yaitu Qutaibah binti Abdul Uzza dan Ummu Rumman ia nikahi pada masa jahiliah. Sedangkan dua istri lainnya, yakni Asma binti Amis dan Habibah binti Zaid al-Kkhazraj dinikah setelah Islam berkembang di Makkah dan Madinah. Dari keempat istri tersebut, Abu Bakar memiliki enam anak, tiga laki-laki, dan tiga perempuan.
Dari keempat istri Abu Bakar, Ummu Rumman lebih populer. Popularitas ini lantaran ia adalah ibu dari Aisyah, istri Rasulullah SAW. Nama Ummu Rumman masuk juga dalam jajaran perempuan ahli surga. Pernikahannya dengan Abu Bakar memang terjadi pada zaman Jahiliah. Namun, ia menyatakan Islam begitu Islam datang ke Makkah.
Sebelum menikah dengan Abu Bakar, Ummu Rumman menikah dengan Harits bin Sukhairah al-Azdi. Perempuan berparas cantik, berbudi luhur, dan tutur kata yang fasih ini tinggal di perkampungan as-Sarah, daerah perbukitan di Jazirah Arab.
Dari pernikahan itu, lahir ath-Thufail. Dari perkampungan as-Sarah, pasangan suami istri ini hijrah ke Makkah. Peraturan yang berlaku kala itu, tiap orang asing yang me masuki dan bermukim di Makkah harus memiliki penjamin. Harist memilih Abdullah bin Abu Quhafah, yang tak lain ialah Abu Bakar.
Tidak lama bermukim di Makkah, Harits al-Azdi meninggal dunia. Abu Bakar menikahi Ummu Rumman dan menjaga anaknya. Hal ini sebagai bentuk penghormatan terhadap al-Harist. Hasil pernikahan Abu Bakar dan Ummu Rumman, lahirlah Abdur Rahman dan Aisyah.
Ketika Muhammad diutus menjadi Rasul, Abu Bakar menjadi orang pertama dari kalangan pria yang meng imaninya. Ia pun menyebarkan Islam kepada istri dan anak-anak nya. Sejak itu pula, Nabi Muhammad dekat dan sering berkunjung ke kediaman keluarga Abu Bakar. Kehadiran Nabi disambut dengan gembira. Makanya, kediaman Abu Bakar disebut sebagai rumah kedua Islam, setelah kediaman Nabi Muhammad SAW.
Istri salehah
Semasa hidupnya, Ummu Rumman binti Amir bin Uwaimir dikenal seba gai istri salihah. Dia setia men dam pingi suaminya. Dia selalu tam pil meringankan penderitaan Abu Bakar. Saat itu dakwah Islam di Makkah masih sembunyi-sembunyi dan ditentang keras kaum Quraisy. Abu Bakar termasuk orang yang pa ling dicari dan mendapat siksaan dari orang-orang Quraisy.
Ummu Rumman tampil memotivasi agar suaminya istikamah berjuang membela Islam. Dia aktif men curahkan tenaganya demi me mer de ka kan budak Muslim yang kurang mampu. Dia juga bisa merasakan bagaimana penyiksaan dan kekejaman kepada umat Muslim di Makkah.
Di hadapan suami, Ummu Rumman tampil sebagai istri teladan. Dan, di mata anak-anaknya dia ada lah sosok ibu pengasuh dan pendidik terbaik bagi anak-anaknya. Sebagai ibu yang sabar, Ummu Rumman tidak pernah membeda-bedakan antara anak-anak kandung dan anak tiri. Padahal, di antara kelima anaknya itu memiliki perbedaan usia yang tidak begitu jauh. Seperti antara Asma dan Aisyah jaraknya sekitar 10 tahun.
Semua anaknya dirangkul dan diasuh dengan penuh kasih sayang se layaknya anak kandung sendiri. Pola pengasuhan Ummu Rumman meng hasilkan anak-anak yang taat beribadah, rela berkorban demi Islam, dan saling menyayangi satu dengan yang lain.
Ketika Abu Bakar hijrah bersama Nabi ke Madinah, keluarga mereka ditinggal. Di sinilah peran Ummu Rumman sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Dia tidak gentar ditinggal suaminya, karena percaya Allah yang akan melindungi keluarganya. Ketika Abu Jahal bersama teman-temannya datang ke rumahnya, Asma yang menghadapi de deng kot Quraisy tersebut. Abu Jahal yang kejam sempat menampar pipi Asma, ketika menjawab, “Demi Allah, saya tidak tahu di mana ayah ku berada!”
Perintah hijrah datang, Abu Bakar mengutus Abdullah bin Uraiqith menjemput Ummu Rumman bersa ma anak-anaknya. Mereka pun bahagia bisa kembali berkumpul de ngan suami dan ayah dari anak-anaknya. Di Madinah, Rasulullah menikah dengan Aisyah.
Dampak fitnah
Ummu Rumman sangat bahagia melihat rumah tangga Rasulullah SAW dengan anaknya. Namun, ulah Abdullah bin Ubay yang memfitnah Aisyah membuat Ummu Rumman ikut terpukul. Dia memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk. Doa yang tulus dari perempuan sabar ini sehingga turun Qs an-Nur ayat 24.
Diriwayatkan bahwa tuduhan palsu terhadap Aisyah membuat Ummu Rumman bersedih hingga memengaruhi kondisi fisiknya. Aisyah dengan sabar melayani dan merawat hingga ibunya wafat. Setelah jasadnya dimakamkan, Rasulullah datang memohonkan ampun dan berdoa untuk Ummu Rumman.
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang telah dialami Ummu Rumman dalam pengabdiannya ke pada-Mu dan Rasul-Mu.”