REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Tumpahan minyak mentah di anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore Nort West Java (PHE ONWJ) mengakibatkan petani garam tak bisa berproduksi. Kerugian yang dialami petani tambak garam di wilayah pesisir utara Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mencapai Rp 500 juta sampai Rp 700 juta.
"Kami tidak bisa produksi selama sekitar sepekan, karena tambak garam tercemar minyak mentah," kata Ketua Koperasi Garam Segarajaya Karawang Aep Suhardi, di Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/8).
Ia mengatakan produksi garam di wilayah Tempuran dan Cilamaya Kulon rata-rata mencapai satu ton per hari. Di dua wilayah pesisir utara Karawang itu ada sekitar 100 hektare tambak garam.
Aep memperkirakan kerugian petani tambak garam selama sepekan tidak bisa produksi itu mencapai lebih dari Rp 500 juta. Ia mengaku didata oleh pihak Pertamina terkait dampak peristiwa tumpahan minyak mentah di perairan utara Karawang. Akan tetapi, belum dipastikan apakah dirinya akan mendapatkan ganti rugi atau tidak.
"Sudah. Sudah dicek oleh orang Pertamina. Sampel air tambak garam juga beberapa waktu lalu sudah diambil untuk di uji lab," kata dia.
Aep berharap pihak Pertamina memberikan ganti rugi atau kompensasi kepada para petani tambak garam, karena kerugian akibat terhentinya produksi cukup besar. Sementara saat ini para petani tambak garam sudah kembali memproduksi garam setelah selama sepekan terhenti akibat air tambah mereka terkena tumpahan minyak mentah milik Pertamina.
"Sekarang sudah normal kembali, sudah produksi. Tapi harga garam sekarang turun, Rp 700 per kilogram. Biasanya mencapai Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram," kata Aep.