Senin 05 Aug 2019 14:48 WIB

Listrik Mati, Industri Tekstil Minta Diskon Tagihan

Pemadaman bergilir yang dilakukan PLN, membuat jadwal pekerja menjadi tidak pasti.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas keamanan berjaga di Stasiun MRT Bendungan Hilir saat terjadinya padam listrik di Jakarta Pusat, Ahad (4/8). Layanan Transportasi MRT (Mass Rapid Transit) terhenti akibat adanya padam listrik di Jabodetabek.
Foto: Antara
Petugas keamanan berjaga di Stasiun MRT Bendungan Hilir saat terjadinya padam listrik di Jakarta Pusat, Ahad (4/8). Layanan Transportasi MRT (Mass Rapid Transit) terhenti akibat adanya padam listrik di Jabodetabek.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat mendesak PLN memangkas tagihan listrik bulan ini. Hal ini akibat pemadaman total yang terjadi pada Ahad (4/8) dan berlanjut pada Senin (5/8).

Menurut Ketua API Jabar Kevin Hartanto, kejadian tiba-tiba listrik mati total berdampak pada industri tekstil dan garmen di wilayah Jawa Barat. Kevin menilai, kondisi pemadaman yang berlangsung lama dan mendadak menunjukan PLN tidak professional dan lambat melakukan langkah antisipasi.

Baca Juga

“Rasanya nggak mungkin sekaligus seluruh suplai energi lumpuh total, kemarin berlangsung sampai 7 jam, bahkan ada laporan dari anggota ini sampai 10 jam. Belum berlanjut dengan pemadaman bergilir hari ini,” ujar Kevin kepada wartawan, Senin (5/8).

Kevin menjelaskan, yang paling terdampak luar biasa adalah industri tekstil dimana seluruh unit produksi mengalami gangguan dan ketidakseimbangan. Bahkan, sejumlah tenaga kerja terpaksa diliburkan meski upah harus tetap dibayarkan. “Kita bicara juga kerugian bahan baku, kerusakan mesin, dan upah,” katanya.

Kevin mencontohkan, divisi benang yang kemarin tengah memintal dilaporkan banyak kejadian benang putus. Untuk menyambungkan kembali dibutuhkan waktu berjam-jam. Sementara di sektor pertenunan, gangguan membuat proses produksi barang grade A turun menjadi grade B.

“Harga jual jadi turun sudah pasti, belum banyak komponen mesin rusak, di pencelupan obat celup terbuang percuma, ini kerugiannya besar sekali, bayangkan seluruh industri terdampak,” katanya.

Bahkan, kata dia, meski listrik sudah nyala, produksi belum sepenuhnya normal karena pengusaha masih diliputi ketidakpastian. Pemadaman bergilir yang dilakukan PLN, membuat jadwal pekerja menjadi tidak pasti.

“Mending kalau sesuai jadwal, info jam 10-1 siang padam, tiba-tiba nggak jadi sudah kagok karyawan diliburkan. Begitu masuk, tahunya pemadaman bergilir jadi, ini jadi serba tidak pasti,” katanya.

Kevin pun, mendesak PLN belajar dari kejadian yang sama di Australia dimana saat listrik padam selama 5 jam, seluruh tagihan pelanggan digratiskan selama satu bulan. API juga menilai PLN tidak cukup hanya minta maaf dan meminta pelanggan bersabar. “Minimal kita minta ada tanggung jawab PLN, PLN mengganti biaya tagihan dari total tagihan, ada penjelasan,” katanya.

Kevin menegaskan, yang paling arif PLN memotong tagihan sesuai dengan peraturan menteri ESDM 2017. Dimana, ada pemberian ganti rugi dari perusahaan listrik pelat merah tersebut. Karena, industri tekstil berbeda dengan mal dan layanan lainnya yang menyediakan genset guna mengatasi kebutuhan listrik saat padam.

“Genset hanya buat kantor, ada beberapa unit produksi pakai tapi cuma beberapa lama? Sekarang saja teman-teman sudah repot penyediaan solarnya,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement