REPUBLIKA.CO.ID, KEDAH -- Tim Lembaga Beasiswa Baznas menjadi pemateri pada Kedah International Zakat Conference 2019 yang digelar di Kedah, Malaysia, Senin (5/8). Tim Lembaga Beasiswa bersama dua penerima manfaat Beasiswa Baznas, Cahyo Purnomo dan Putri Hanik Setya Maharani, mempresentasikan dua paper.
Makalah pertama tentang “Impact Assessment of the Baznas Scholar Scholarship Program with the Social Return of Investment Approach in Several Indonesian Universities”. Ini merupakan pengukuran dengan metode SROI pada program beasiswa Baznas yang bekerja sama dengan Rumah Kepemimpinan pada tahun 2018.
Makalah kedua “Impact Measurement of LGBT Handling and Prevention Training Program in Schools, Denpasar, Bali with Social Return on Investment (SROI) Method” merupakan pengukuran untuk program training guru di Denpasar, Bali bertema ‘Penanganan dan Pencegahan LGBT di sekolah’".
Tim Lembaga Beasiswa Baznas, Muhammad Fadhil mengatakan, mengikuti konferensi, menjadi agenda tim LBB. “Selain untuk mendapat masukan bagi peningkatan mutu program, juga syiar aktivitas gerakan zakat di Indonesia, sekaligus meningkatkan kapasitas pengelola beasiswa,” kata Fadhil dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (5/8).
Ia menjelaskan, hari pertama, Ahad (4/8), konferensi diawali oleh jamuan sambutan oleh Zakat Kedah Board Chairman, Dato' Ammar Bin Shaikh Mahmood Naim. “Setelah itu dilanjutkan dengan jamuan makan malam dan penampilan tarian adat Malaysia,” tuturnya.
Suasana presentasi Lembaga Beasiswa Baznas di Kedah International Zakat Conference 2019.
Hari kedua, Fadhil menambahkan, Senin (5/8),konferensi berlangsung di Main Hall Lembaga Zakat Negeri Kedah. Dalam sambutannya CEO Lembaga Zakat Negeri Kedah, Syeikh Zakaria Othman, AMK menyampaikan bahwa zakat harus menjadi pusat perhatian.
“Oleh karena itu, pelayanan dan pelaksaan konferensi ini diselenggarkaan langsung di gedung Lembaga Zakat Negeri Kedah, tidak di gedung lainnya,” kata Syeikh Zakaria Othman.
Fadhil mengungkapkan, konferensi diisi oleh para ahli yang berkiprah di pengelolaan zakat. “Sekitar 200 orang dari berbagai profesi menghadiri konferensi ini, pelajar, dosen, praktisi, dan ulama lintas negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Uganda, Nigeria, Mesir, Saudi Arabia, Brunei Darussalama, Thailand, India, Yordania, dan Bangladesh,” paparnya.
Fadhil mengemukakan, melalui konferensi zakat ini, diharapkan akan tercipta inovasi dalam pengelolaan zakat yang lebih baik untuk membantu mensejahterakan para mustahik, tranformasi menuju muzakki. “Sehingga, zakat mampu berkontribusi bagi pengentasan kemiskinan di dunia,” tuturnya.