REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Dinasti Ottoman telah membakar semangat eksplorasi Eropa mengelilingi dunia, menemukan jalan lain menuju Asia Timur. Bila Bangsa Spanyol setelah berhasil merebut kembali wilayah Andalusia dari tangan kaum Muslim memlih untuk melanjutkan “Perang Salib” dengan cara menjelajahi Dunia Baru, Portugis sejak kemunculannya bertekad menggeser dominasi Muslim atas jalur perdagangan rempah-rempah dari India dan Asia Timur.
Penguasa Portugis Don Joao II mengirimkan ekspedisi ke wilayah Dinasti Mamluk yang berpusat di Mesir. Pasukan yang dipimpin Pero de Covilha dan Affonso de Paiva ini ditugaskan untuk mengontak penguasa Ethiopia dan untuk menemukan sumber rempah-rempah dari Timur. Pada waktu yang sama, Bartholomeu Diaz berhasil berlayar sampai Tanjung Harapan di ujung selatan Benua Afrika. Laporan Diaz pada 1488 dan laporan Covilha pada 1492 menyakinkan Dom Joao tentang laiknya ekspedisi menuju India dan Asia Timur dengan melayari Tanjung Harapan.
Kabar keberhasilan ekspedisi Columbus menunda rencana Joao. Tapi, ketika disadari bahwa Columbus ternyata tak menemukan India seperti tujuannya semula, Portugis melanjutkan ekspedisi ke selatan. Vasco da Gama melintasi Tanjung Harapan pada 1497 lalu menyusuri pantai timur Afrika sampai ke Malindi, dekat Zanzibar. Di sana, Vasco da Gama menemui Ahmad Ibnu Majid, navigator Arab yang juga pengarang kitab navigasi. Ibnu Majid membantu armada Portugis mengarungi Samudra Hindia dan mencapai Calicut di pantai barat India, pusat perdagangan rempah-rempah dari Timur. Rempah-rempah dimuat ke kapal bergabung bersama emas, gading gajah, dan budak dari Afrika.
Armada Portugis juga mendirikan koloni di sepanjang rute mereka menuju India. Di sepanjang pelayaran, mereka selalu memerangi kota-kota Arab atau Muslim yang sebelumnya merajai jalur pelayaran itu. Pada 1501, Raja Portugis mengeluarkan dekrit bahwa kapal Muslim tak diperbolehkan berdagang rempah-rempah di India. pada 1502, Portugis mendapat bantuan dari Raja Hindu Channor dan Cochin mengobarkan perang terhadap Raja Samuri di Calicut yang menjadi pelindung pedagang Muslim.
Portugis berhasil menyekat pintu masuk selatan Laut Merah, sehingga hanya sedikit rempah-rempah yang mencapai Mesir. Armada Mamluk berkali-kali berhasil dihancurkan. Alfonso de Albuquerque berhasil memantapkan kekuasaan Portugis dengan merebut Goa dari Sultan Bijapur, Diu, dan Daman di India, Malaka, bahkan Pulau Hormuz di pintu masuk selatan Teluk Persia. Albuquerque gagal merebut Aden (Yaman). Tapi, sebagai gantinya menguasai pelabuhan Socotra di pantai timur Afrika sehingga menjadikan mereka penguasa tunggal jalur pelayaran Samudra Hindia dan menyingkirkan kapal-kapal Muslim.
“Jika kita berhasil merebut perdagangan Malaka dari tangan Mamluk, Kairo dan Makkah akan hancur dan tak ada rempah-rempah yang dikirim ke Venesia kecuali mereka membelinya dari Portugis,” kata Albuquerque. Lalu, dalam suratnya kepada Paus Leo X, Albuquerque akhirnya membuka motif utama penguasan jalur rempah-rempah itu seperti dikutip dari The Commentaries of the Great Afonso D'Albuquerque. “Telah dibukakan kepada kami penaklukan kerajaan Ormuz. Maka, jalan menuju ke Rumah Suci Yerusalem (negeri tempat sang penebus dosa dilahirkan) sekali lagi dapat direbut dari tangan kaum kafir yang secara jahat dan tak sah menguasainya.”
Ambisi Albuquerque untuk maju ke Laut Merah sampai ke Makkah, lalu menguasai kota suci umat Islam itu untuk ditukar dengan Yerusalem, tak pernah terwujud. Meski demikian, Albuquerque telah menjalin aliansi dengan raja Kristen penguasa Ethiopia yang disebut sebagai Prester John. Dia bahkan punya rencana besar untuk membuat Mesir kelaparan dengan mengalihkan aliran Sungai Nil melewati Ethiopia menuju ke Laut Merah.