REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia olahraga nasional, khususnya cabang judo, tengah berduka. Mantan jawara judo andalan Indonesia di berbagai ajang internasional, Untung Putro Setiono berpulang. Dia meninggal dunia saat mengikuti lomba lari bertajuk Surabaya Maraton 2019 di Surabaya, Ahad (4/8).
Untung salah satu pelari yang mengikuti lomba yang berlangsung di Kota Pahlawan tersebut. Dia tampil di lomba kategori lari 10 K. Malam sebelum meninggal, kondisi Untung sebenarnya juga baik. Dikabarkan dia tidur lebih cepat dan kondisinya baik-baik saja.
Saat tengah berlari di kawasan Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, dia sempat jatuh dan mengalami pingsan. Setelah diberi pertolongan pertama, Untung langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya. Namun, nyawanya tidak mampu diselamatkan.
Untung meninggal dalam usia 55 tahun. Dia meninggalkan istri tercinta, Limar Anjani dan dua anak. Kemungkinan besar dia meninggal karena serangan jantung.
Jenazah Untung pada hari itu juga langsung dibawa ke Solo, kota kelahirannya. Jenazah Untung kemudian disemayamkan di rumah duka Thiong Ting, kawasan Jebres, Solo.
Berpulangnya Untung sangat mengagetkan. Sebagai mantan atlet nasional, dia memiliki tingkat kebugaran dan kesehatan yang jauh lebih baik dibanding orang kebanyakan. Namun, urusan rezeki, jodoh, dan umur, memang menjadi rahasia Sang Khalik. Untung meninggal dunia saat mengikuti lomba di lintasan lari, bukan di matras judo yang selama ini dia geluti.
Dari Kota Solo inilah Untung memulai karier sebagai pejudo, hingga memperkuat tim Porda Solo dan berlanjut membela tim Jawa Tengah ke ajang Pekan Olahraga Nasional (PON). Dia akhirnya dipanggil memperkuat timnas ke berbagai ajang internasional. Berkat bantingan dan teknik kunciannya, Untung kerap mempersembahkan medali emas dari matras judo.
Dia ikut menyumbangkan medali emas bagi kontingen Merah-Putih di pentas SEA Games pada tahun 1980 hingga 1990-an. Berkat prestasinya itu, Untung kemudian dipanggil membela tim nasional untuk tampil ke Asian Games 1990 di Beijing. Dia berlaga di antaranya bersama pejudo Ceto Cosadek dan Pujawati Utama. Dari AG Beijing ini, kontingen Indonesia hanya meraih satu medali perunggu yang dipersembahkan Pujawati di kelas 72 kg.
Setelah pensiun dari judo, olahraga lari adalah salah satu kegemaran Untung untuk mengisi kegiatan. Lebih-lebih setelah dia tidak lagi didapuk sebagai pelatih judo di pelatnas. Untung juga rajin mengikuti berbagai lomba lari, bahkan namanya sudah terdaftar untuk mengikuti lomba lari di Berlin Maraton, Jerman, Oktober nanti. Terakhir, Untung bekerja sebagai karyawan di perusahaan Sinar Mas di Jakarta dan menetap di kawasan Kelapa Gading.
“Meninggalnya Untung Putro Setiono tentu merupakan kehilangan besar bagi kami. Sebagai karyawan Sinar Mas, dia adalah sosok yang baik dan sangat peduli dengan orang lain. Dia juga ringan tangan untuk membantu orang lain. Untung juga karyawan yang baik dan layak menjadi teladan bagi karyawan lain,” tutur Ahmad Soemawisastra, Head of Media Relations and Internal Communications PT Sinar Mas.
Kepergian mantan jawara judo ini membawa kesedihan mendalam bagi dunia olahraga Indonesia. Kecintaannya terhadap olahraga demikian besar. Terbukti, dia berpulang ketika tengah menekuni olahraga.