Jumat 09 Aug 2019 09:00 WIB

Harga Minyak Naik Dipicu Penguatan Yuan

Pengiriman minyak mentah ke Cina pada Juli naik 14 persen.

Rep: Antara/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi kilang minyak
Foto: AP Photo/J David Ake
Ilustrasi kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak melonjak lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Kamis (8/8) waktu setempat, di tengah ekspektasi bahwa penurunan harga dapat menyebabkan penurunan produksi. Kenaikan harga minyak juga didorong oleh stabilnya mata uang yuan setelah sepekan bergejolak dipicu oleh meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Cina.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober naik 1,15 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi ditutup pada 57,38 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai tertinggi sesi di 58,01 dolar AS per barel. Sementara itu, patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September menguat 1,45 dolar AS atau 2,8 persen menjadi menetap pada 52,54 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah mencapai tingkat tertinggi sesi 52,98 dolar AS per barel.

Baca Juga

Harga-harga minyak berbalik naik atau rebound setelah jatuh hampir lima persen ke level terendah sejak Januari pada Rabu (7/8). Kenaikan ini terjadi setelah data menunjukkan peningkatan tak terduga dalam stok minyak mentah AS setelah hampir dua bulan menurun.

Yuan Cina menguat terhadap dolar AS dan ekspornya secara tak terduga kembali ke pertumbuhan pada Juli karena meningkatnya permintaan global meskipun ada tekanan perdagangan AS. Dolar jatuh 0,2 persen terhadap yuan di pasar luar negeri.

"Rebound harga hari ini di seluruh spektrum energi tampak seperti koreksi normal dari kondisi teknis oversold jangka pendek," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

Kekhawatiran terus-menerus tentang pertumbuhan permintaan telah membebani pasar minyak global, terutama karena dua ekonomi terbesar dunia terkunci dalam perselisihan perdagangan. Pengiriman minyak mentah ke Cina, importir terbesar dunia, pada Juli naik 14 persen dari tahun sebelumnya karena kilang-kilang baru meningkatkan pembelian. Ekspor bahan bakar terus meningkat karena pasokan melampaui permintaan konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

Arab Saudi berencana untuk menjaga ekspor minyak mentahnya di bawah tujuh juta barel per hari pada Agustus dan September meskipun ada permintaan yang kuat dari pelanggan. Ini dilakukan untuk membantu mengeringkan persediaan minyak global dan mengembalikan pasar ke keseimbangan, kata seorang pejabat minyak Saudi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement