REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit dapat diubah menjadi avtur. Karena itu, ia menginstruksikan jajarannya agar mempelajari lebih dalam terkait pengolahan CPO menjadi avtur.
"Saya melihat bahwa CPO ini, saya mendengar CPO ini juga bisa dibuat avtur. Tolong ini ditekuni lagi lebih dalam," kata Jokowi dalam rapat terbatas evaluasi pelaksanaan mandatori biodiesel di Kantor Presiden, Senin (12/8).
Jokowi berharap pengolahan CPO menjadi avtur ini dapat mengurangi jumlah impor avtur. Sehingga juga dapat memperbaiki kondisi defisit neraca perdagangan dan juga defisit neraca transaksi berjalan.
Selain itu, Presiden juga menginstruksikan agar pengolahan B30 dapat dimulai pada Januari 2020 nanti. Penggunaan biodiesel 20 ke B30 diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mengurangi impor bahan bakar minyak.
Permintaan domestik terhadap CPO pun juga disebutnya akan meningkat sehingga akan memberikan dampak positif bagi petani, pekebun, dan juga pekerja di pengolahan kelapa sawit. "Saya juga ingin agar B20 ini nanti pada Januari 2020 itu sudah pindah ke B30, dan selanjutnya di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50," ujar Jokowi.
Jika penerapan B20 konsisten dilakukan dan terus ditingkatkan, maka dapat menghemat devisa sekitar 5,5 miliar dolar AS per tahunnya. Presiden juga memastikan akan memonitor secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan B20 serta proses peningkatan ke B30.
Presiden juga meminta Pertamina untuk pemanfaatan CPO melalui 'co-processing'. Ini bertujuan agar memproduksi green diesel maupun green gasoline di sejumlah kilang minyak PT Pertamina.
Dia juga mengarahkan perusahaan-perusahaan kelapa sawit dapat mendorong pemrosesan minyak sawit menjadi bahan bakar ramah lingkungan. "Itu penting semua untuk melaksanakan ini dan kita harapkan juga mempercepat perkembangan industri 'green refinery' kita," jelas Presiden.