Rabu 14 Aug 2019 10:10 WIB

Guru Ngaji Pergi Haji (cerpen)

Selepas mengantar guru ngajinya berangkat ke Makkah, kesehatan Bu Susi membaik

Red: Karta Raharja Ucu
Guru Ngaji Pergi Haji
Foto: Rendra Purnama/Republika
Guru Ngaji Pergi Haji

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa tahun silam... Dalam salah satu ceramahnya, di depan jamaah ibu-ibu pengajian masjid al-Barkah tempat ustazah mengajar ngaji, Ustazah Lilis menjelaskan, Sesungguhnya setan tidak akan per nah berhenti menggoda manusia, sebelum tujuan-tujuan yang diinginkan setan terpenuhi. Setan akan terus berusaha menjerumuskan manusia, supaya kelak di akhirat sang setan ada temannya, di neraka!

Bu Susi, salah satu jamaah pengajian, yang memang sudah sejak lama tidak suka dengan Ustazah Lilis, menggerutu sendiri, "Yaelah bu Ustazah. Emang dia pernah lihat akhirat. Kayak pernah mati aja?"

Beberapa jamaah pengajian tersentak, lalu memandang sebentar Bu Susi. Kemudian Bu Susi terdiam dan kembali menyimpak ceramah si pendakwah.

"Jamaah pengajian yang dirahmati Allah... bagaimana setan menggoda manusia sampai dia mampu menjerumuskan ke lembah dosa, itu dilakukannya terus-menerus. Setan tidak pernah berhenti menggoda sampai keinginannya terpenuhi. Kita sebagai manusia, secara tidak sadar, terus dihajar, dicecar, digoda, dirayu-rayu, dengan cara kasar atau halus, dengan berbagai cara. Semakin iman seseorang tinggi, bisikan, dan rayuan setan semakin menjadi-jadi."

Bu Susi kembali mencibir, tapi kali ini tidak menggerutu. Ibu-ibu yang lain terus menyimak.

"Sebagai contoh nih ya, Bu... Bu...Ibuuu...?!" Ustazah Lilis ceramah memanggil ibu-ibu jamaah pengajian. Mengingat ada satu dua ibu-ibu di sudut ruangan lagi ngerumpi berdua. Ustazah memanggil-manggil ibu-ibu agar mereka semua fokus dan menyimak ceramahnya. Ini mirip cara almarhum Zaenudin Mz, ustaz kondang yang sudah almarhum.

Ibu-ibu menyahut sambil tersenyum, dan merasa penasaran dengan ceramah Ustazah Lilis. Ibu-ibu yang tadi ngerumpi disudut kali ini konsentrasi ikut mendengarkan.

Ustazah Lilis melanjutkan ceramahnya, "Contohnya ya Bu. Misalkan kita berangkat haji ke Tanah Suci. Karena tidak ingin bermaksud riya, atau ingin dipuji oleh orang lain, kita lakukan secara sederhana dan tidak berlebihan. Pelepasan keberangkatan kita lakukan secara biasa-biasa saja. Setibanya di Tanah Suci, kita kagak update foto, gak pasang muka kita waktu di depan Ka'bah di medsos."

"Maksudnya, apa ibu-ibu, kita menghindari diri dari sifat riya, sifat ingin dipuji-puji orang lain. Tapi, apa yang terjadi ibu-ibu sekalian. Setan tidak tinggal diam ibu-ibu sekalian! Setan nggak bosan-bosannya membisiki telinga kita, ayo cepat sebarkan berita kamu ke Makkah di medsos, biar semua orang tahu kalau kamu pernah ke Makkah! Pernah shalat di depan Ka'bah, kalau perlu selfie di depan Hajar Aswad! Begitu bujuk rayu setan. Namun, karena iman kita kuat, kita mampu menahan godaan dari sang setan. Kita teguh pada pendirian untuk nggak pamer atau riya kepada orang lain."

Semua jamaah masih menyimak, tapi Bu Lilis sudah merasa malas-malasan mendengarkan ceramah Ustazah Lilis, dan dia hanya membatin, "Idiiih, Ustazah Lilis tahu aja kalau saya nanti mau selfie pas di depan Ka'bah!"

"Ibu-ibu jamaah pengajian yang dimuliakan Allah. Di saat kita mampu menahan godaan dan rayuannya, kita pulang ke Tanah Air, dan setibanya di rumah, sampai berhari-hari lamanya, berminggu bahkan berbulan dan berganti tahun, kita tidak pernah menceritakan kepada orang lain bahwa kita telah melaksanakan perintah Allah untuk menunaikan haji ke Baitullah."

"Namun, ibu-ibu sekalian, dari tahun ke tahun, ketika kita mampu untuk tidak menceritakan atau memamerkan keberangkatan kita ke Tanah Suci, tetapi... di tahun ke sepuluh, rupanya setan masih juga tidak ada henti-hentinya menggoda dan merayu, sampai akhirnya... kita pun tidak kuattttt, pertahanan kita untuk menyimpan rahasia ibadah haji kita ambrol oleh godaan sang setan!"

"Akhirnya...kita bercerita, memamerkan diri di depan orang lain, tentang ke berangkatan kita ke Baitullah!!! Supaya apa? Supaya orang yang belum tahu itu jadi tahu kalau kita seorang haji!!! Maka, ibu-ibu sekalian, runtuhlah apa yang sudah kita pertahankan selama itu, untuk bisa terhindar dari sifat riya! Rontok sudah keimanan kita, tersebab bujuk rayu sang setan durjana!"

Jamaah mengangguk-angguk, kecuali tentu saja Bu Susi. Menurut Bu Susi, yang sebentar lagi bakalan pergi haji, Ustazah Lilis tak pantas berceramah soal haji di depan jamaah ibu-ibu pengajian.

"Kayak pernah naik haji aja! Lagian, Ustazah Lilis nggak bakalan mampu pergi haji!" begitu gerutu Bu Susi pada jamaah pengajian lain, sampai ada ibu-ibu lain melotot karena khawatir ocehan Bu Susi terdengar Ustazah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement