REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel memblokir kunjungan dua anggota parlemen Demokrat Amerika Serikat (AS). Keduanya merupakan kritikus terkemuka terhadap pemerintah Israel. Omar dan Tlaib dijadwalkan mengunjungi Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur pekan depan.
Keduanya mendukung gerakan boikot terhadap Israel. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyampaikan melalui Twitter Israel akan menunjukkan kelemahan besar jika pasangan tersebut diizinkan masuk.
Berbicara kepada wartawan Kamis (15/8) malam, Trump mengatakan, ia tidak bisa membayangkan mengapa Israel membiarkan mereka masuk. "Tetapi jika mereka ingin membiarkan mereka masuk, mereka bisa, tetapi saya tidak bisa membayangkan mengapa mereka melakukannya," kata Trump dilansir BBC, Jumat (16/8).
Omar menggambarkan langkah Israel sebagai penghinaan terhadap nilai-nilai demokrasi dan respons yang mengerikan terhadap kunjungan pejabat pemerintah dari negara sekutu. Trump mendesak agar dua anggota parlemen itu diblokir dari kunjungan.
Ia mengatakan, mereka membenci Israel dan semua orang Yahudi, serta tidak ada yang dapat dikatakan atau dilakukan untuk mengubah pikiran mereka. Hukum Israel memblokir visa masuk ke orang asing yang menyerukan boikot apa pun yang menargetkan Israel, baik ekonomi, budaya maupun akademik.
Dari kiri ke kanan, anggota Kongres perempuan AS yang merupakan warga keturunan Rashida Tlaib dari daerah pemilihan Michigan, Ilhan Omar dari Minnesota, Ayanna Pressley dari Massachusetts, dan Alexandria Ocasio-Cortez dari New York merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai mereka dalam konferensi pers di Capitol, Washington, Senin (15/7).
Undang-undang itu berupaya menekan gerakan boikot, divestasi, sanksi, yang mendapat dukungan semakin besar di seluruh Eropa dan AS. Para pejabat Israel sebelumnya mengatakan mereka akan membuat pengecualian untuk para pejabat AS yang terpilih.
Menurut media AS, perjalanan mereka akan dimulai pada Ahad. Mereka akan mengunjungi alah satu situs paling sensitif di wilayah tersebut, yaitu sebuah dataran tinggi di puncak bukit di Yerusalem. Wilayah itu dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount dan Muslim sebagai Haram al-Sharif.
Mereka juga berencana mengunjungi aktivis perdamaian Israel dan Palestina. Kemudian melakukan perjalanan ke Yerusalem dan kota-kota Betlehem, Ramallah, dan Hebron di Tepi Barat.
Perjalanan ke Tepi Barat direncanakan oleh Miftah, sebuah organisasi yang dipimpin oleh perunding perdamaian Palestina Hanan Ashrawi. Tlaib berencana tinggal selama dua hari lebih untuk mengunjungi neneknya yang tinggal di sebuah desa Palestina. Omar dan Tlaib keduanya dikritik karena sikap mereka terhadap Israel, tetapi membantah tuduhan itu sebagai anti-Semit.