REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski peluang transaksi e-commerce di Indonesia cukup besar, hal itu belum sepenuhnya dimanfaatkan secara penuh apalagi untuk menjamah pasar global. Salah satu kendala minimnya transaksi dari pasar global adalah kurangnya kemampuan bahasa dan packaging pada etalase produk di e-commerce Indonesia.
Executive Director ATT Alibaba Amalia Prabowo menyampaikan, sektor usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia belum sepenuhnya menguasai pentingnya digital marketer. Padahal, penguasaan terhadap sektor tersebut dinilai penting guna meningkatkan kepadatan pengunjung pada toko dan transaksi.
“Misalnya saja, seller itu belum sepenuhnya melengkapi etalase produk mereka dengan penjelasan produk yang bilingual. Padahal itu penting bagi konsumen luar,” ujarnya, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (16/8).
Adapun catatan penting lainnya mengenai strategi penjualan di e-commerce bagi seller antara lain pemenuhan profil perusahaan yang jelas, produk yang berkualitas, konten produk, hingga pemahaman mengenai keyword research.
Dengan penguasaan dan strategi tersebut, kata dia, seller di e-commerce mampu menggaet pangsa pasar yang lebih luas. Dia juga menggarisbawahi kecenderungan seller di Indonesia yang lebih merasa puas dengan pasar lokal yang didapat.
Padahal secara fakta berdasarkan catatan ATT Alibaba, pertumbuhan e-commerce tumbuh sebesar 23 persen dalam kurun 5 tahun terakhir. Artinya, kata dia, belanja online menjadi salah satu kegiatan online yang paling populer di seluruh dunia.
Sedangkan pada statistik ATT Alibaba itu juga disebutkan, penetrasi internet di Asia hingga hingga Juni 2019 mencapai 51,9 persen dengan populasi sebesar 4,2 miliar jiwa. Sedangkan pertumbuhan selama dua dekade terakhir mencapai hampir 20 persen dengan tingkat pengguna internet sebesar 2,2 miliar pengguna.
Associate Vice President of Public Policy and Government Relations Bukalapak Bima Laga menyampaikan, tantangan untuk menggaet pasa global bagi seller e-commerce tak hanya kemampuan bilingual semata. Dia mencontohkan, kemampuan bahasa lokal negara tujuan juga menjadi pertimbangan yang perlu diseriusi.
“Misalnya di Malaysia ya, di sini kita sebut jilbab atau kerudung, mungkin di Malaysia bahasanya berbeda sedikit. Jadi keyword search-nya juga terpengaruh,” ujar Bima.