REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha kuliner skala besar diharapkan bisa beralih menggunakan elpiji nonsubsidi Bright Gas 5,5 kilogram. Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno melakukan ajakan tersebut di sela-sela kunjungan di Karawang, Jawa Barat.
Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas'ud Khamid yang juga hadir dalam kunjungan tersebut menjelaskan program edukasi persuasif kepada pengusaha usaha hotel, restauran, dan kafe terus digalakkan Pertamina. Hal tersebut dilakukan melalui jalur asosiasi maupun langsung ke pengusaha.
“Kami biasa mengimbau mereka, untuk move on ke elpiji nonsubsidi melalui program trade in seperti saat ini. Tentunya kami berharap langkah ini akan diikuti pengusaha Restoran lainnya,” kata Mas’ud dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (22/8).
Menurut Permen ESDM Nomor 26 tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian LPG Subsidi disebutkan LPG 3 kilogram diperuntukkan bagi masyarakat kategori prasejahtera atau usaha mikro. Melalui program trade in, Pertamina turut mendorong agar penggunaan elpiji subsidi menjadi tepat sasaran.
Rini bersama Mas’ud dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyempatkan mampir ke rumah makan Pepes H Dirja di Walahar, Karawang. Selama ini, pemilik rumah makan tersebut mengaku menggunakan elpiji subsidi tiga kilogram untuk keperluan memasak jenis lauk yang di goreng.
Rata-rata dalam sehari Dirja bisa menghabiskan tiga tabung elpiji tiga kilogram. “Repot juga, kadang nanggung kalau lagi goreng ikan dan banyak tamu, tiba-tiba gasnya habis. Jadi harus ganti dulu,” kata Dirja, Kamis (23/8).
Meskipun begitu, Dirja mengharapkan dengan beralih kepada elpiji nonsubisidi maka pekerjaannya tidak terganggu dengan urusan ganti tabung. Dia menilai elpiji nonsubsidi juga jauh lebih praktis.