Ahad 25 Aug 2019 09:40 WIB

KTT G7 Bahas Masalah Perdagangan Hingga Kebakaran Amazon

KTT G7 kali ini disebut sebagai salah satu pertemuan tersulit.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Presiden European Council Donald Tusk (dari kiri), istrinya Malgorzata Tusk, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan istrinya Brigitte Macron, berposen untuk media di KTT G7 sebelum acara di Biarritz, Prancis, Ahad (25/8).
Foto: AP/Andrew Harnik
Presiden European Council Donald Tusk (dari kiri), istrinya Malgorzata Tusk, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan istrinya Brigitte Macron, berposen untuk media di KTT G7 sebelum acara di Biarritz, Prancis, Ahad (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BIARRITZ -- Para pemimpin dunia telah berkumpul di Prancis untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7, Sabtu (24/8). KTT berlangsung tiga hari dengan latar belakang meningkatnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, Inggris yang akan keluar dari Uni Eropa (UE), meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran mengenai program nuklir, dan kekhawatiran global akan kebakaran yang merusak hutan hujan Amazon di Brasil.

Sebuah pertemuan yang menurut Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk akan menjadi ujian sulit pada persatuan dan solidaritas. Ini karena perpecahan yang mendalam tentang berbagai masalah termasuk perdagangan dan perubahan iklim.

Baca Juga

Berbicara sebelum pertemuan puncak, Tusk meminta adanya persatuan. "Semakin sulit, bagi kita semua, untuk menemukan bahasa yang sama dan dunia membutuhkan lebih banyak kerja sama kita, tidak kurang," kata Tusk dilansir Aljazirah, Ahad (25/8).

"Ini mungkin saat terakhir untuk memulihkan komunitas politik kita," ucap Tusk.

Pertemuan tahunan negara-negara G7, beberapa negara industri utama dunia, dimulai pada Sabtu di kota pesisir Prancis, Biarritz. Di samping itu, ribuan pengunjuk rasa anti-G7 berdemonstrasi di kota terdekat Hendaye ketika para pemimpin dari Inggris, Kanada, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika turun ke Biarritz.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, tuan rumah KTT tahun ini, mengatakan ia ingin para pemimpin negara-negara G7 untuk fokus pada pertahanan demokrasi, kesetaraan gender, pendidikan dan lingkungan. Dia juga mengundang para pemimpin Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk bergabung dengan mereka untuk dorongan global dalam masalah ini.

Dalam pidato yang disiarkan televisi sebelum pertemuan puncak itu, Macron mengatakan, ia berharap dapat menemukan kesamaan dengan Presiden AS Donald Trump. Sebelumnya Trump telah mengakhiri pertemuan G7 tahun lalu di Kanada, ia meninggalkan KTT sebelum acara berakhir.

Tak lama setelah kedatangan Trump, Macron menjamu pemimpin AS untuk makan siang tanpa jadwal selama dua jam. "Sejauh ini, sangat bagus," kata Trump kepada wartawan, memuji persahabatannya dengan Macron.

"Kami akan mencapai banyak hal akhir pekan ini dan saya menantikannya," ucap Trump.

Macron mencantumkan masalah kebijakan luar negeri yang akan dibahas keduanya, termasuk Libya, Suriah dan Korea Utara (Korut). Kemudian menambahkan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.

Beberapa jam sebelum berangkat ke Biarritz, Trump telah mengecam Prancis perihal pajak yang tidak adil pada perusahaan teknologi AS, seperti Google dan Amazon. Lalu mengancam akan mengenakan pajak pada anggur Prancis.

Prancis saat ini mengenakan pajak tiga persen pada pendapatan digital dari perusahaan-perusahaan besar berbasis internet. Macron berencana untuk membela proposal undang-undang pajak global tentang teknologi besar di KTT tersebut.

Trump juga meningkatkan pertarungan dagangnya dengan China, dengan menaikkan tarif pembalasan. Ia memerintahkan perusahaan-perusahaan AS untuk mempertimbangkan alternatif untuk melakukan bisnis di sana.

Presiden China, Xi Jinping, tidak termasuk di antara para pemimpin Asia yang diundang ke Biarritz. China mengatakan pada Sabtu bahwa pihaknya begitu menentang keputusan Trump untuk memungut tarif tambahan atas barang-barang China, dan memperingatkan AS tentang konsekuensinya jika tidak mengakhiri tindakannya.

Perhatian juga akan tertuju pada Boris Johnson, yang akan melakukan debut G7 sebagai perdana menteri Inggris. Johnson menghadapi tekanan untuk menarik Inggris keluar dari UE.

Saat Johnson tiba di Prancis, ia mengatakan bahwa perdagangan global, lingkungan dan pendidikan wanita akan menjadi tiga obsesinya selama beberapa hari pertemuan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement