REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan yang khusus mengkaji sejarah Irak di School of Oriental and African Studies pada University of London, Charles Tripp, mengagumi kemegahan bangunan Universitas al-Mustansiriyah.
"Bangunannya sangat indah, sangat menarik," ungkapnya. Menurut Tripp, bangunan Universitas al-Mustansiriyah diperbaiki pada 1980.
Struktur bangunannya menampilkan gaya arsitektur di zaman kekhalifahan. Bangunan utama universitas itu, kata dia, adalah salah satu yang paling indah. Atap gedungnya yang panjang, papar dia, mengingatkan pada bangunan yang terdapat di Isfahan, Iran.
K A C Creswell, sejarawan arsitektur juga menggambarkan keindahan bangunan Universitas al-Mustansiriyah. Menurut dia, bangunan berbentuk segi empat itu memiliki panjang 106 meter dan lebar 48 meter. Bangunannya memiliki tiga iwan terbuka ke halaman dan dilengkapi tiga ruang terbuka yang berfungsi untuk mempelajari ilmu pidato.
Gedung universitas yang dibangun Khalifah al-Mustansir ini juga dilengkapi dengan beragam fasilitas kebutuhan pelajar seperti, dapur, tempat sahalat, kamar tidur, dan tempat mandi. Bangunan universitas ini juga sempat dipugar oleh Sultan Abdul Aziz--Khalifah Turki Usmani--ketika kerajaan Islam yang berpusat di Turki itu menguasai Baghdad.
Setelah abad ke-15 M, bekas bangunan universitas itu digunakan sebagai rumah sakit dan kadang-kadang juga dipakai sebagai barak tentara. Sejak 1945, Direktorat Purbakala Irak kembali memperbaiki monumen bersejarah itu. Kejayaan Universitas Al-Mustansiriyah terbilang tak lama. Setelah Khalifah Al-Mustansir wafat dan digantikan Al-Mus'tasim (1242 M-1258 M), kekuasaan Dinasti Abbasiyah pun ambruk.
Dinasti yang berkuasa hampir lima abad itu pun tak lagi mampu mempertahankan posisinya sebagai adikuasa dunia. Kekhalifahan Abbasiyah luluh-lantak dihancurkan bangsa Mongol pimpinan Khulagu Khan pada tahun 1258 M. Dengan jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol, universitas yang didirikan al-Muntasir pun turut tenggelam.