Selasa 03 Sep 2019 15:45 WIB

Dua Kenikmatan yang Menipu

Kecenderungan manusia mencintai dunia telah diungkapkan Alquran.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, ''Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan.'' (HR Bukhari).

Kecenderungan manusia mencintai dunia telah diungkapkan dengan sangat baik dalam Alquran. Bahwa, manusia memiliki kecenderungan pada kesenangan terhadap perempuan, anak, dan perangkat fisik lainnya. Hal ini tidak dilarang. Manusia hanya diperintahkan menjaganya agar tidak berlebihan.

Namun, kenyataan menggambarkan bahwa manusia kebanyakan tidak bisa menahan untuk selalu berlebihan. Ramadhan yang lalu, kita bisa mengamati bagaimana budaya konsumtif memenuhi ruang bulan suci tersebut.

Mulai hari pertama puasa, orang-orang sibuk menyiapkan makanan yang enak, lebih enak dari bulan biasa. Semua makanan disiapkan, bahkan berlebih. Akibatnya, kadang-kadang, tidak termakan.

Selain itu, pasar tiba-tiba menaikkan harga begitu tinggi. Namun, pembeli tetap saja banyak dan berbelanja secara berlebihan. Hal itu jelas bukanlah kegiatan yang diajarkan Rasulullah SAW untuk bersikap wajar, seimbang antara ibadah dan kesenangan dunia.

Banyak hal menunjukkan bahwa manusia tidak bisa menahan untuk tak berlebihan. Padahal, berlebihan itu memiliki garis kedekatan dengan setan.

Maka, sikap waspada sangat penting. Waspada menjadi kunci supaya kita terhindar dari kesalahan yang sering tidak disadari. Hadis yang ditampilkan dalam pembuka tulisan ini menjadi sangat relevan untuk menjawab persoalan tersebut.

Sekilas, kita akan mengerti bahwa setiap orang sering tidak mensyukuri nikmat. Ketika sehat, orang lupa pada sakit. Begitupun kesempatan. Saat orang memiliki banyak waktu untuk melakukan kebaikan, saat itu pula ia berniat menangguhkannya. Padahal, Allah SWT kapan pun bisa mengambil hidup manusia di dunia.

Maka, kenikmatan berupa kesehatan, kesempatan, kedudukan, dan kenikmatan lain yang sering melenakan manusia harus diwaspadai supaya tidak terjebak pada sikap menyia-nyiakan nikmat. Dengan itu, kita bisa menjadi manusia yang dicintai Allah SWT karena mengikuti petunjuk-Nya. n

sumber : Hikmah Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement