REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengunggulkan industri kecil dan menengah (IKM) asal Kabupaten Bantul, Yogyakarta untuk menembus pasar ekspor. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin, Gati Wibawaningsih menuturkan, pengembangan kualitas IKM di Bantul oleh kepada daerah sejauh ini dinilai konsisten.
"Hasil industri kecil dan kerajinan di Bantul telah banyak diminati konsumen di luar negeri," kata Gati dalam pembukaan Pameran Produk Unggulan Dekranasda Kabupaten Bantul di Kemenperin, Jakarta, Selasa (3/9).
Pada pameran tersebut, sebanyak 42 IKM dipamerkan. Produk IKM terdiri dari bidang fesyen batik dan non batik, kayu, logam, perak, anyaman, kulit, aksesori, serta makanan olahan dalam kemasan. Adapun produk-produk dari Bantul yang telah menembus pasar luar negeri khususnya kerajinan dan fesyen.
Dia mengatakan, industri kecil dan menengah akan tetap menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dengan nilai yang tinggi. Sebab, para pemain industri sektor ini terus mengedepankan seni, inovasi, teknologi, dan mengoptimalkan kekayaan intelektual.
Bantul, lanjut Gati, juga menjadi barometer perkembangan ekonomi di Provinsi Yogyakarta. Pada tahun 2016, Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, dan Perindustrian Kabupaten Bantul mencatat, IKM telah mampu menyerap 95.164 perkerja. Jumlah itu diserap oleh 21.567 IKM yang terdaftar.
"Sentra kerajinan batik, kerajinan tatah sungging, rajutan, dan kayu telah menjadi produk unggulan daerah," kata dia.
Ia mengatakan, komitmen pemerintah dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi tertuju pada industri-industri kecil yang kreatif. Sebab, dengan kultur yang dimiliki, industri kreatif terbukti mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan pembinaan lebih fokus dan saling melengkapi antar daerah. Hal itu sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi adanya keterbatasan bahan baku sehingga sesama daerah perlu berkolaborasi.