REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemanfaatan sumber daya air telah lama ada. Air tak hanya memenuhi kebutuhan minum, tetapi juga memebuhi kebutuhan pertanian dan produksi. Ini kemudian melahirkan beragam teknologi, seperti teknologi roda air, kincir air, hingga mesin pompa air.
Teknologi roda air digunakan secara luas di Timur Tengah sebelum masa Islam. Ini merupakan warisan lama yang kemudian diadopsi oleh ilmuwan Muslim. Mereka kemudian mengembangkan lebih jauh teknologi yang sudah ada dan digunakan secara luas di wilayah Islam.
Di Kota Murcia, misalnya, selama pemerintahan Islam di Spanyol, dibuat sebuah kincir air yang masih dikenal hingga sekarang dengan nama La Nora. Meskipun roda kincir air tersebut diganti dengan roda baja, sistemnya tetap digunakan.
Mekanisme flywheel (roda gaya) yang digunakan untuk melancarkan penyaluran tenaga dari alat ke mesin penggerak pada kincir air tersebut diciptakan oleh Ibnu Bassal, ilmuwan dari Andalus, yang hidup antara tahun 1038 hingga 1075.
Bassal juga dikenal sebagai ilmuwan yang merintis penggunaan flywheel. Kincir air ini kemudian mulai digunakan secara luas pada abad ketujuh. Bahkan, teknologinya berkembang pada abad kesembilan, yaitu penggunaan roda horizontal dan vertikal.
Teknologi kincir air ini dimanfaatkan pula secara masif dalam sejumlah industri yang berkembang di dunia Islam. Kincir air di antaranya digunakan di pabrik pengolahan kayu, kertas, baja, atau gula.
Pada abad kesebelas, setiap provinsi di kawasan Islam juga memanfaatkan teknologi tersebut pada industri yang sama. Ini terbentang dari Andalusia dan Afrika hingga Timur Tengah dan Asia Tengah. Selain itu, para insinyur Muslim juga menggunakan turbin dan roda gigi pada kincir air dan mesin pompa air.
Mereka pun memanfaatkan bendungan sebagai sumber air untuk memberikan tambahan kekuatan pada kincir air yang mereka buat. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan penggunaan kincir air, kemudian muncul industri kincir air.