REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak negara-negara dunia agar tidak membuka dialog dengan Iran. Hal itu dia sampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dia mungkin bertemu Presiden Iran Hassan Rouhani untuk menyelesaikan masalah perjanjian nuklir 2015.
“Ini bukan waktunya untuk mengadakan pembicaraan dengan Iran. Ini adalah waktu untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran,” kata Netanyahu di Bandara Ben Gurion pada Kamis (5/9). Dia hendak melakukan kunjungan ke Inggris.
Pada Rabu lalu, Trump membuka kemungkinan untuk bertemu dengan Rouhani saat menghadiri sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York. “Apa pun mungkin. Mereka ingin dapat menyelesaikan masalah mereka,” ujarnya.
Iran sendiri tak menyambut positif kemungkinan pembicaraan dengan Trump. Teheran telah menegaskan bahwa dialog untuk membahas perjanjian nuklir 2015 atau dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) hanya dapat dilakukan setelah Washington mencabut sanksi terhadapnya.
Sejak awal Juli lalu, Iran mulai menangguhkan komitmennya dalam JCPOA. Hal itu merupakan upaya Teheran untuk menekan Eropa agar melindungi aktivitas perdagangannya dari sanksi AS. Washington diketahui telah hengkang dari JCPOA pada Mei 2018.
Langkah pertama yang dilakukan Teheran adalah melakukan pengayaan uranium melampaui ketentuan yang ditetapkan JCPOA, yakni sebesar 3,67 persen. Iran mengklaim saat ini pengayaan uraniumnya telah mencapai lebih dari 4,5 persen. Teheran pun menyatakan siap untuk terus menangguhkan komitmennya dalam JCPOA.