REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang di Gaza semakin mengarah kepada penderitaan dan kesusahan. Di Gaza Palestina, sudah lebih dari 50 ribu orang wafat. Ini belum ditambah orang terluka dan berbagai fasilitas yang hancur lebur.
Dalam keadaan demikian, Hamas selalu menyatakan kesediaannya untuk gencatan senjata, meski Israel selalu mengkhianati perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya.
Sebuah catatan Israel yang disajikan kepada para mediator dan Hamas mengenai negosiasi untuk perjanjian gencatan senjata permanen di Jalur Gaza tersebar.
Membebaskan tahanan warga Amerika
Makalah tersebut dilaporkan memuat berita Hamas yang membebaskan tahanan Alexander Idan pada hari pertama, sebagai isyarat khusus terhadap Amerika Serikat.
Gencatan senjata 45 hari
Makalah Israel juga memuat kerangka kerja untuk gencatan senjata sementara selama 45 hari, termasuk penghentian operasi militer, masuknya bantuan kemanusiaan, dan pertukaran tahanan antara kedua belah pihak.
Demiliterisasi jalur Gaza
Makalah ini membahas tentang "demiliterisasi Jalur Gaza," menetapkan mekanisme "yang disepakati" untuk memastikan bantuan hanya sampai ke warga sipil, dan menekankan bahwa pembebasan tahanan harus dilakukan tanpa "parade atau upacara publik."
Tukar menukar tahanan
Dokumen tersebut menetapkan bahwa Hamas akan membebaskan lima tahanan hidup pada hari kedua gencatan senjata, sebagai imbalan atas pembebasan 66 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup dan 611 tahanan dari Jalur Gaza. Pada hari ketiga, negosiasi untuk hari berikutnya mengenai pelucutan senjata dan deklarasi gencatan senjata permanen dimulai.
Bantuan kemanusiaan masuk
Menyusul pembebasan kelima tahanan tersebut, dokumen tersebut menetapkan masuknya bantuan dan peralatan yang diperlukan untuk melindungi para pengungsi di Jalur Gaza, sementara tentara Israel memulai "penempatan ulang" di wilayah Rafah dan Jalur Gaza utara.