Selasa 10 Sep 2019 22:00 WIB

Wadi Hanifah dan Terbentuknya Arab Saudi

Pada tahun 1744, Wadi Hanifah dipilih sebagai perjanjian terbentuknya Saudi.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Riyadh, Wadi Hanifah benar-benar sebuah berkah. Betapa tidak, lembah yang selama bertahun-tahun menjadi saluran pembuangan, kini tampil cantik, segar, dan hijau dengan pepohonan di sekelilingnya.

Lembah yang membentang sepanjang 120 kilometer dari barat laut ke tenggara Riyadh ini pun membuat suasana ibu kota Arab Saudi tersebut terasa lebih sejuk dan damai. Tak heran, jika Wadi Hanifah kini menjadi salah satu destinasi warga setempat untuk bersantai dan menghabiskan waktu bersama orang terkasih.

"Aku datang ke sini sepanjang waktu, siang dan malam, ucap Hussein al-Doseri," salah satu warga Riyadh seperti dilansir laman Aramco World.

"Itu membuatku bahagia, bersantai, dan menghabiskan waktu bersama keluargaku di tepi air. Karena itu, jika aku ingin bertemu teman, aku akan langsung mengajak mereka ke sini,"kata dia.

Hussein mengatakan, sebelum Wadi Hanifah jadi seperti sekarang, sangat sulit untuk mencapai wilayah ini, mengingat wilayah ini sebelumnya adalah tempat pembuangan sampah-sampah industri.

Sebelum semua ini, tidak ada layanan di sini, tidak ada jalur, tidak ada rute. Sekarang mudah, katanya. Upaya restorasi Wani Hanifah mulai dilakukan di penghujung tahun 2010, saat proyek teknik lingkungan menyasar lembah ini untuk memenangkan penghargaan Aga Khan dalam bidang arsitektur. Upaya reboisasi cukup memakan waktu, mengingat mereka harus mampu menyulap Wadi Hanifah menjadi ruang bernapas.

Tak banyak yang tahu jika Wadi Hanifah berkontribusi besar dalam sejarah terbentuknya Arab Saudi. Pada tahun 1744, Wadi Hanifah dipilih sebagai tempat berlangsungnya perjanjian antara Muhammad bin Sa'ud, penguasa Dir'iyyah, sebuah kota di Wadi Hanifah, dan cendekiawan agama Muham mad bin Abdul Wahhab dari Al Uyayna di hulu wadi.

Dalam perjanjian itu tercapailah kesepakatan yang dikenal sebagai Negara Saudi Pertama. Aliansi yang terbentuk dari perjanjian ini, yang disebut Sa'udi-Wahhabi, bahkan masih ada hingga detik ini.

Namun, tak lama setelah perjanjian berlangsung, pasukan Sa'udi berangkat dari markas mereka di Dir'iyyah, dan melancarkan serangan untuk menaklukkan sebagian wilayah Arab. Namun, serangan yang dilakukan pada 1818 itu berujung pada kekalahan telak.

Mereka memutuskan meninggalkan Dir'iy yah, dan pindah ke hilir Riyadh. Pada 1902, Abdul Aziz bin Sa'ud berhasil merebut Riyadh, dan menjadi awal terbentuknya Kerajaan Arab Saudi modern pada 1932, dengan Riyadh sebagai ibu kotanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement