REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan pemecatan penasihat keamanan AS John Bolton melalui akun Twitter terverifikasinya, Selasa (10/9) waktu setempat. Trump merasa memiliki perbedaan pandangan dengan Bolton sehingga meminta Bolton mengundurkan diri.
"Saya berterima kasih banyak kepada John Bolton atas pengabdiannya. Saya akan menunjuk penasihat keamanan nasional yang baru minggu depan," tulis Trump seperti dilansir CNN, Rabu (11/9).
Cicitan Trump muncul hanya satu jam setelah kantor pers Gedung Putih mengatakan Bolton dijadwalkan berbicara pada konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Keuangan Steve Mnuchin, Selasa. Ketika ditanya apakah Pompeo dan Mnuchin terkejut mendengar kabar Bolton dipecat, mengingat dia seharusnya muncul bersama mereka, Pompeo berkata, "Saya tidak pernah terkejut."
Bolton bagaimanapun telah berusaha mempertahankan meninggalkan jabatannya secara sukarela. Dia juga segera menanggapi cicitan setelah pengumuman Trump.
"Saya ditawarkan mengundurkan diri tadi malam dan Presiden Trump berkata, 'Mari kita bicarakan besok," cicit Bolton.
Bolton menegaskan kembali poin yang ia tawarkan untuk mengundurkan diri di Fox News, Selasa. Surat pengunduran dirinya ke Trump, tertanggal Selasa, singkat dan langsung ke titik dengan tulisan Bolton:
"Saya dengan ini mengundurkan diri, segera berlaku, sebagai Asisten Presiden untuk Urusan Keamanan Nasional. Terima kasih telah memberikan saya kesempatan ini untuk melayani negara kami," tulis surat tersebut.
Menurut beberapa sumber kepada CNN, Gedung Putih pun sudah mendiskusikan calon potensial pengganti Bolton. Setidaknya ada 10 nama yang diedarkan.
Trump mengatakan dia akan membuat keputusan pekan depan. Namun, mengingat sifatnya yang tidak dapat diprediksi, sumber memperingatkan dia dapat memilih seseorang yang tidak sedang dibahas saat ini.
Pemecatan Bolton terjadi ketika ketegangan dengan Iran meningkat di Teluk Persia, Korea Utara terus mengembangkan kemampuan senjatanya, para pakar pengendalian senjata memperingatkan potensi perlombaan senjata nuklir dengan Rusia dan ketegangan perdagangan dengan China semakin meningkat. Selain itu, Trump sedang membahas penarikan pasukan di Afghanistan.
Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih Hogan Gidley mengatakan kepada wartawan Charles Kupperman adalah penjabat penasihat keamanan nasional. "Prioritas dan kebijakan John Bolton tidak sejalan dengan presiden dan setiap presiden yang menjabat memiliki hak menempatkan seseorang dalam posisi yang dapat melaksanakan agendanya. Itu tidak lagi dapat dipertahankan sehingga presiden melakukan perubahan," kata Gidley kepada wartawan.