REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memperkirakan tren pertumbuhan produk unit link dan produk tradisional akan berjalan secara beriringan. Saat ini, porsi premi unit link sebesar 63 persen dan sisanya porsi premi tradisional.
Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AAJI Wiroyo Karsono mengatakan kedua produk ini memiliki kelebihan secara fleksibel dalam jangka panjang. “Estimasi ke depan, saya pikir mungkin tumbuh seimbang 50:50 (unitlink dan tradisional),” ujarnya saat konferensi pers kinerja AAJI semester I 2019 di Kantor AAJI, Jakarta, Rabu (11/9).
Menurutnya kedua produk tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Nantinya bagaimana pemahaman dan kebutuhan masyarakat terhadap produk asuransi.
“Mereka yang inginkan lebih ke investasi tetapi juga ada manfaat proteksinya ada pada unitlink. Kedua produk ini memiliki ketentuan imbal hasil,” ucapnya.
Berdasarkan data AAJI pada semester dua 2019, dari pendapatan premi bisnis baru untuk produk unitlink masih mendominasi premi tradisonal dengan menyumbang 63 persen. Tercatat, total pendapatan premi sebesar Rp 90,25 triliun atau melambat 3,6 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 93,58 triliun.
Sementara Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menambahkan kinerja pendapatan premi menurun karena dipengaruhi melambatnya distribusi bancassurance sebesar 16,8 persen dan keagenan sebesar 6,8 persen.
“Jenis premi itu yang bisnis baru ada dua ada yang reguler premium tapi ada juga yang single premium kalau single premium preminya cenderung lebih besar yang dibayar nasabah, sehingga seluruh perusahaan asurnasi jiawa juga ukur,” ucapnya.