Rabu 11 Sep 2019 22:36 WIB

Petani Sragen Panen Padi 9,4 Ton per Ha Saat Kemarau

Harga gabah sedang bagus yakni Rp 5.200 per Kg GPK.

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi.
Foto: kementan
Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi.

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Pada musim kemarau tahun ini, petani Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen justru panen padi dengan produktivitas 9,4 ton/ha. Selain panennya maksimal, harga gabah di tingkat petani pun tinggi Rp 5.200/Kg gabah kering panen (GKP).

Hal ini terungkap dalam kunjungan kerja Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi guna melakukan panen raya padi di desa tersebut, Rabu (11/9). Suwandi mengatakan padi yang siap panen di Sragen pada September tahun ini mencapai 20 ribu ha. Di Desa Tenggak sendiri yang siap panen seluas 300 ha.

Baca Juga

photo
Panen padi di Sragen.

"Di sepanjang pinggir jalan tol Karanganyar-Sragen terpampang hamparan padi menghijau. Setelah memasuki Kabupaten Sragen sudah banyak padi yang menguning atau siap panen. Petani Sragen patut bersyukur masih bisa panen dengan produktivitas tinggi," ujarnya.

Menurut Suwandi, pada Juli-September bagi sejumlah petani padi merupakan masa kritis karena kemarau panjang. Namun, berkat pembuatan sumur dalam (Sibel), masalah air untuk mengairi sawah di musim kemarau bisa diatasi petani.

Alhasil, walau di musim kemarau, petani Sragen masih bisa tanam padi. Bahkan petani Sragen mampu tanam padi 3 kali setahun.  "Jadi, petani Sragen khususnya di Desa Tenggak sudah mampu melawati masa kritis. Nah, ke depannya tinggal meningkatkan efisiensi usaha taninya supaya bernilai tambah," tuturnya.

Tak Ada yang Puso

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Eka Rini Mumpuni Titi Lestari menyebutkan padi yang ditanam petani Sragen di musim kemarau hampir 100 persen tak puso. Bahkan, petani bersama Pengendali Organisme Pertanian Terpadu (POPT), Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan Babinsa mampu mengatasi hama padi seperti tikus di musim kemarau.

"Secara swadana ataupun dari bantuan pemerintah, petani di sini sudah memanfaatkan sumur dalam, sehingga sawahnya tak kekurangan air. Petani secara gotong royong juga melakukan gropyokan tikus. Karena itu hampir 100 persen padi yang di tanam tak puso," katanya.

Eka Rini menyebutkan terdapat ada sekitar 28 ribu titik sumur dangkal dan sumur dalam di Sragen. Jika sebelumnya petani menggunakan BBM/gas untuk menggerakan mesin pompa (sumur dalam), saat ini petani sudah memanfaatkan listrik.

"Jadi di sini listrik sudah masuk sawah. Tercatat 1 bulan ada 100 orang yang mengajukan instalasi listrik ke PLN untuk keperluan sumur dalam," kata dia.

Adapun total luas lahan pertanian Sragen 94.155 ha. Terdiri dari lahan sawah 40.182 ha atau 42,68 persen dan 53.973 ha bukan lahan sawah. "Lahan sawah, khususnya yang belum ada irigasi teknis atau setengah teknis ini kami optimalkan dengan sumur dalam," ucap Eka Rini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement