Senin 16 Sep 2019 06:06 WIB

Kepedulian Sosial

Menurut ajaran Islam, setiap orang miskin patut memperoleh pertolongan

Ilustrasi Sedekah
Foto: dok. Republika
Ilustrasi Sedekah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dalam situasi kemiskinan yang makin bertambah dewasa ini, mereka yang dilimpahi rezeki seyogianya turut membantu kaum miskin dan papa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Hadid (57) ayat 7, ''Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.''

Sesuai dengan anjuran Alquran itu kini semakin jelas bahwa ketidakpedulian kaum kaya terhadap penderitaan kaum miskin merupakan bahaya terbesar yang telah mengancam hidup masyarakat. Dan kaum kaya sendirilah yang akan menjadi korban ancaman ini. Sedangkan bagi kehidupan bernegara, semakin melebarnya kesenjangan sosial antara kaya dan miskin merupakan ancaman paling utama stabilitas nasional.

Agar hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi, Islam sejak lebih dari 14 abad lalu telah mengantisipasi ancaman ini dengan mewajibkan mereka yang berpunya untuk berzakat. Tak hanya itu, mereka yang berpunya juga dituntut menginfakkan hartanya guna meringankan kehidupan kaum miskin. ''Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.'' (Ali Imran [3]: 92).

Menurut ajaran Islam, setiap orang miskin patut memperoleh pertolongan, dan tentu saja merupakan tanggung jawab pemerintah dan orang yang diberi kelimpahan rezeki untuk memberikan pertolongan itu. ''Manusia yang terbaik adalah yang paling berguna bagi masyarakatnya,'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis. Dalam hadis lain yang Muttafaq 'Alaih, Nabi juga bersabda, ''Pada hari kiamat, manusia yang menduduki tempat tertinggi di sisi Allah adalah orang yang paling banyak memajukan kesejahteraan hamba-hamba Allah.''

Kini makin banyak dikumandangkan kehidupan yang harmonis antarmasyarakat. Untuk menciptakan kehidupan yang demikian Islam mengingatkan agar setiap individu saling membantu. Dengan kehidupan yang demikian, setiap individu dalam masyarakat akan saling memperoleh manfaat dari upaya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan bersama mereka. Nabi SAW mengibaratkan masyarakat yang demikian seperti satu tubuh, yang apabila satu bagian merasa sakit, bagian lainnya turut menderita.

Islam yang mengakui dan menjunjung tinggi hak milik seseorang tidak membenarkan umatnya mengabaikan mengumpulkan harta. Tapi, Allah juga mengingatkan bahwa harta benda itu merupakan ujian. Semoga hati kita tergerak untuk menaati anjuran Allah untuk memiliki kepedulian sosial membantu mereka yang papa dan miskin.

sumber : Hikmah Republika/Alwi Shahab
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement