Rabu 25 Sep 2019 13:42 WIB

Cina Minta AS Hormati Kedaulatan

Menlu Cina mengatakan seharusnya tidak terjadi konfrontasi antara AS dan China.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Menlu Cina Wang Yi
Foto: EPA
Menlu Cina Wang Yi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menanggapi kritik Amerika Serikat (AS) terhadap model perdagangan dan pembangunan negaranya. Dia mengatakan, Cina tidak memiliki niatan merebut kekuasan, tetapi meminta untuk dihormati kedaulatannya, termasuk untuk masalah Hong Kong.

Dalam sebuah acara yang diselenggarakan bersama oleh Komite Nasional Hubungan AS-Cina dan Dewan Bisnis AS-Cina, Selasa (24/9), Wang mengatakan, Cina tidak akan tunduk pada ancaman, termasuk perdagangan. Meskipun begitu, dia berharap pembicaraan perdagangan tingkat tinggi bulan depan akan menghasilkan hasil positif.

Baca Juga

Wang menyatakan seharusnya tidak terjadi konfrontasi antara dua negara dengan ekonomi global terbesar di dunia. Seharusnya, terjadi kerja sama yang saling menguntungkan keduanya, bahkan negara lain. Hal tersebut pun akan disampaikan dalam pidato Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Jumat (27/9) mendatang.

Wang mengatakan, perang dagang menimbulkan kerusakan yang tidak perlu pada kedua negara. Kondisi itu, meningkatkan biaya bagi perusahaan-perusahaan Amerika, mendorong harga konsumen dan meredam potensi pertumbuhan untuk negara itu.

"Negosiasi tidak dapat terjadi di bawah ancaman atau dengan mengorbankan hak sah Cina untuk pembangunan," ujar Wang, Rabu (25/9).

Pernyataan tersebut muncul setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan pesan keras untuk Cina dan Presiden Xi Jinping. Dalam pidato di Majelis Umum PBB, dia mengatakan, AS tidak akan lagi mentoleransi praktik perdagangan Cina dan tidak akan menerima kesepakatan buruk dalam perdagangan.

Trump mendorong Cina setuju mengurangi hambatan perdagangan melalui kebijakan kenaikan tarif pada produk-produk negara tersebut. Wang menolak pandangan orang-orang yang percaya Cina bertujuan melampaui AS sebagai pemilik kekuatan strategis. Cina adalah negara berkembang yang masih jauh di belakang Amerika Serikat.

"Cina tidak memiliki niat memainkan 'Game of Thrones' di panggung dunia. Untuk saat ini dan di masa mendatang, AS masih dan akan tetap menjadi negara terkuat di dunia," kata Wang.

Pada saat yang sama, Wang mengatakan, kedua negara harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip tidak ikut campur tangan dalam urusan internal masing-masing negara. Perlu ada rasa menghormati terhadap kedaulatan wilayah masing-masing dan tidak berusaha untuk memaksakan kehendak mereka pada satu sama lain.

"Kami berharap AS akan konsisten dalam kata-kata dan tindakannya, menghormati kedaulatan Cina dan menghormati upaya pemerintah Hongkong untuk menghentikan kekerasan dan memulihkan ketertiban," kata Wang.

Wang juga membalas kritik AS yang meningkat terhadap perlakuan Cina terhadap minoritas Muslimnya di wilayah barat Xinjiang. Dia mengatakan, tindakan yang diambil Beijing adalah untuk mencegah ekstremisme dan terorisme.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement