REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Puluhan ribu orang turun ke jalan Moskow, Rusia. Orang-orang itu menuntut pemerintah membebaskan pengunjuk rasa yang ditahan dalam demonstrasi oposisi pada musim panas.
Unjuk rasa pada Senin (30/9) menjadi demonstrasi terbesar pertama sejak 8 September lalu. Pemilihan pemimpin daerah Moskow memicu gejolak politik sepanjang musim panas.
Demonstrasi musim panas dipicu karena pemerintah melarang oposisi untuk maju dalam pemilihan Parlemen Kota Duma, Moskow. Polisi menanggapi demonstrasi itu dengan menangkap ratusan pengunjuk rasa. Beberapa di antaranya masih ditahan.
Sebanyak 14 pengunjuk rasa menghadapi tuntunan dengan maksimal hukuman delapan tahun penjara. The Moskow Times melaporkan karena dorongan para aktivis jaksa membebaskan enam orang di antaranya.
"Mengapa mereka membebaskan orang yang telah ditahan, karena mereka takut peringkat mereka jatuh, karena mereka melihat rakyat tidak mendukung mereka karena ini," kata ketua oposisi Alexei Navalny di depan massa sekitar 20 ribu orang yang berkumpul di Moskow seperti dilansir dari United Press International (UPI).
Partai Presiden Rusia Vladimir Putin yakni United Russia terpukul cukup parah dalam pemilihan daerah Moskow baru-baru ini. Partai itu kehilangan 15 dari 40 kursi di Duma.
Demonstrasi yang sebelumnya gerakan politik berubah menjadi protes represi pemerintah. Para aktivis menuntut pihak berwenang mengakhiri serbuan dan penangkapan. Pada awal bulan ini polisi mengeledah kantor dan rumah puluhan staf Navalny.
Pada bulan akhir Agustus lalu, Navalny baru saja bebas setelah ditahan selama 30 hari. Ia ditahan karena mengajak masyarakat untuk menggelar protes yang tidak diizinkan pemerintah. "Kami harus yakin dengan kekuatan kami, jika kami menunjukkan kekuatan, kami akan memenangkan kebebasan mereka," katanya.