Selasa 01 Oct 2019 17:00 WIB

Forever 21 akan Tutup Toko Internasional di Asia dan Eropa

Forever 21 tetap akan melanjutkan operasi di Meksiko dan Amerika Latin.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Belanja Online
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Belanja Online

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Perusahaan ritel fashion asal Amerika Serikat (AS) Forever 21 berencana untuk menutup sebagian besar toko internasional mereka di Asia dan Eropa. Hal ini akan dilakukan setelah upaya untuk mengajukan perlindungan kepailitan dilakukan, yang dinyatakan dalam Bab 11 Undang-undang Kepailitan tentang reorganisasi.

Forever 21 kemudian mengatakan rencana untuk menutup sebagian besar toko yang ada di Asia dan Eropa, namun tetap akan melanjutkan operasi di Meksiko dan Amerika Latin. Perusahaan ritel ini mengatakan telah menerima 275 juta dolar AS dalam pembiayaan dari pemberi pinjaman JPMorgan Chase Bank, kemudian 75 juta dolar AS dalam modal baru dari TPG Sixth Street Partners dan afiliasinya.

Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware menerima pengajuan dari Forever 21 tentang daftar aset dan kewajiban dari perusahaan itu juga disebutkan berada dalam kisaran 1 miliar hingga 10 miliar dolar. Pengajuan Bab 11 akan memungkinkan perusahaan yang berbasis di Los Angeles ini untuk tetap beroperasi, sementara mereka berusaha menyusun rencana membayar kreditor serta memulihkan bisnis seperti sedia kala.

"Pengajuan perlindungan kebangkrutan adalah langkah yang disengaja dan menentukan untuk menempatkan kita pada jalur yang sukses untuk masa depan," ujar pernyataan Forever 21, dilansir Aljazirah pada Senin (30/9).

Meski demikian, pengajuan kepailitan bisa menjadi masalah bagi sejumlah pemilik mal di AS, seperti ti Simon Property Group Inc dan Brookfield Property Partners LP, yang mengatakan Forever 21 sebagai penyewa mal terbesar mereka. Dalam sebuah pernyataan, perusahaan ritel ini mengatakan bahwa sedang meminta persetujuan untuk menutup sejumlah toko di Negeri Paman Sam, meski keputusan untuk menetukan lokasi mana yang akan ditutup masih dibahas.

Forever 21 didirikan pada 1984 oleh pasangan asal bernama Korea Do Won Chang dan Chin Sook Chang.  Anak perempuan mereka saat ini menjadi sosok yang membantu menjalankan perusahaan dengan lebih dari 800 toko di seluruh dunia.

Sementara itu, Do Won Chang diketahui berfokus pada mempertahankan saham pengendali di perusahaan ritel. Hal itulah yang kemudian dinilai sebagai upaya menghambat pengumpulan dana baru.

Forever 21 harus menjadi perusahaan ritel yang harus mengalami keterpurukan di tengah persaingan ketat dengan perdagangan e-commerce atau daring. Selama ini, toko-toko dari perusahaan ritel terbebani dengan biaya sewa lokasi yang mahal, namun target pendapatan setiap harinya tidak selalu terpenuhi.

Sejak awal 2017, lebih dari perusahaan ritel AS, termasuk diantaranya adalah Sears Holdings Corp dan Toys 'R' Us, telah mengajukan kepailitan. Perusahaan-perusahaan ini nampaknya menyerah dengan gempuran persaingan e-commerce secara sengit, salah satunya dari Amazon Inc.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement