REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Merpati Airlines Asep Ekanugraha mengungkapkan saat ini utang yang ditanggung sudah menurun. Sebelumnya Merpati terlilit utang sekitar Rp 10,95 triliun.
"Posisi utang kita (saat ini) sekitar Rp 6 triliun," kata Asep di Kementeian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rabu (16/10).
Dia menjelaskan utang tersebut turun karena bunga utang senilai Rp 4,4 triliun sudah dihapuskan. Penghapusan bunga utang tersebut menyusul putusan pengadilan Penundaan Kewajiban pembayaran Utang (PKPU).
Asep menilai untuk selanjutnya utang perusahaan masih bisa berkurang lagi. Sebab, dia menyatakan total Rp 6 triliun tersebut belum termasuk perhitungan lainnya.
"Belum menyentuh bisnis, belum menyentuh strukturisasi komposisi saham pasca homologasi. Kalau episode itu tersentuh, insya Allah buku Merpati makin baik lagi," jelas Asep.
Saat ini, Maskapai Garuda Indonesia didukung dengan sembilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya resmi membantu restrukturisasi Merpati Nusantara Airlines. Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan sebelumnya Menteri BUMN Rini Soemarno meminta Garuda bagaimana menolong Merpati untuk kembali terbang.
"Kami berpikir sedeehana bagaimana kerja sama operasi supaya kondisi Merpati saat ini tidak drag down atau menarik peformanya Garuda Indonesia," kata Ari di Gedung Kementerian BUMN, Rabu (16/10).
Ari menilai kerja sama tersebut membantu Merpati untuk fokus mendatangkan peluang bisnisnya kembali. Dia menegaskan, Garuda sama sekali tidak merugi atau terbebani namun justru dapat mengembangkan pasar di Indonesia dan internasional.
Sebelumnya, Merpati sudah tak lagi terbang sejak 1 Februari 2014. Kala itu utang dan masalah keuangan Merpati menjadi permasalahan. dari total utang mencapai Rp 10,95 triliun terdiri dari tagihan utang prioritas Rp 1,09 triliun, tagihan tanpa jaminan Rp 5,99 triliun, dan tagihan beberapa pihak mencapai Rp 3,87 triliun.