Pekerja beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/10/2019). (FOTO : ANTARA/Aprillio Akbar)
Petani memanen padi di Desa Tambakbaya, Lebak, Banten, Kamis (17/10/2019). (FOTO : ANTARA FOTO)
Petani memanen padi menggunakan mesin pemanenan di persawahan kawasan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (17/10/2019). (FOTO : Umarul Faruq/ANTARA FOTO)
Pekerja memperbaiki kapal kayu nelayan di galangan tradisional Gampong Mulia, Banda Aceh, Aceh, Kamis (17/10/2019). (FOTO : IRWANSYAH PUTRA/ANTARA FOTO)
Pekerja membongkar muat rotan untuk kebutuhan bahan baku industri mebel di salah satu tempat penampungan di Desa Tibang, Banda Aceh, Aceh, Rabu (16/10/2019). (FOTO : IRWANSYAH PUTRA/ANTARA FOTO)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, kondisi neraca dagang yang defisit pada September di luar perkiraan. Sebab, apabila melihat pola musiman, impor seharusnya masih melambat, sehingga neraca dagang dapat menunjukkan kondisi surplus.
Tapi, kenyataannya, impor justru mengalami kenaikan 0,63 persen month-to-month (mtom) atau dibandingkan Agustus. Di sisi lain, Piter menambahkan, ekspor mengalami perlambatan yang lebih besar yaitu 1,29 persen dibandingkan Agustus. "Jadi, ini tidak sesuai proyeksi awal," katanya ketika dihubungi Republika, Rabu (16/10). Berikut berita foto lintas ekonomi dan bisnis selengkapnya.
sumber : Republika, Antara
Advertisement