REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Sejak kecil, Ponirah (45 tahun) sudah lihai membuat celengan, pot, vas bunga hingga kuali dengan tanah liat. Bersama sang ibu, Ponirah yang masih duduk dibangku sekolah dasar itu sudah ikut membantu ibu di halaman rumahnya.
“Saya dulu setiap hari selepas pulang sekolah ikut bantu ibu buat beragam macam barang dengan mengambil bongkahan tanah liat,” kata Ponirah di desa Bentagan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah, seperti dalam siaran pers.
Dengan pengalaman itu, Ponirah telah memiliki usaha gerabah bersama sang suami, Sudirman (45). Tak mudah, bagi mereka dalam membangun bisnis ini. Bahkan, mereka sempat mengalami kesulitan mendapatkan pinjaman modal usaha. Alhasil, mereka tidak mampu mengembangkan bisnisnya.
Sejak kemunculan Amartha di desanya, Ponirah berusaha untuk mendatangi petugas lapangan Amartha. Kemudian, petugas lapangan Amartha mendatangi lokasi usaha tersebut. Beberapa minggu kemudian, dia mendapatkan pinjaman dari Amartha. “Tapi, saya ikut selama dua minggu untuk pelatihan usaha dan keuangan. Saya juga dimasukan dalam kelompok. Jadi ada proses selama sekitar satu bulan,” ungkapnya.
Awalnya, dia meminjam sebesar Rp 2 juta yang digunakan untuk membeli tanah liat. Untuk pinjaman kedua, dia pakai untuk membesarkan ruangan produksi gerabah. Kini, dia dapat membuat lebih dari 50 gerabah dalam waktu sehari. Sementara itu, empat pegawainya dapat menyelesaikan gerabah hingga 40 gerabah selama satu hari.
“Harga satuan pot gerabah dijual mulai dari harga Rp 4.000 dan dalam satu hari penghasilan bersihnya bisa mencapai Rp 1 juta,” katanya.
Ponirah mengaku sudah dua tahun bersama Amartha. Dia pun tak pernah menunggak pembayaran. Bisnisnya pun berjalan dengan lancar. Bahkan, dia telah memiliki empat pegawai yang ikut membantu membuat gerabah.
“Sebagian besar pegawai yang bantu saya itu tetangga di rumah. Mereka mau ikut membantu membuat gerabah. Ya, alhamdulillah ada yang mau kerja dan bantu usaha ini,” tutur Ponirah.
Dia pun merasa terbantu dengan pembentukan majelis (kelompok yang terdiri dari 15-20 mitra usaha Amartha) tersebut. Sebab, mereka ikut membantu dan berbagi pengalaman mengenai usaha. Apalagi, petugas lapangan Amartha juga membimbingnya dalam membangun usaha tersebut.
“Semuanya disini baik-baik saja (tidak ada yang gagal bayar). Ndak ada yang ngerenteng (tanggung renteng). Petugasnya juga baik jadi kita semangat kumpulan.” jelasnya.
Ponirah salah satu mitra Amartha.
Dalam waktu dekat ini, dia akan mendapatkan pembiayaan dari Amartha untuk yang ketiga kalinya. Rencananya, dia akan memproduksi lebih banyak gerabah dan merekrut lebih banyak pegawai. Dia pun berencana untuk memperbesar ruangan tersebut.
“Ada banyak mimpi saya untuk usaha ini dari perbanyak produksi, tambah pegawai dan renovasi rumah,” tutupnya seraya tersenyum.
Ponirah merupakan salah satu mitra usaha Amartha yang sukses mengembangkan bisnisnya. Adalah misi Amartha dalam memajukan usaha mikro perempuan di pedesaan. Melalui amartha.com, para pendana dapat melakukan pendanaan berdampak sosial terhadap para pelaku usaha mikro perempuan di pedesaan. Mari #MenjadiAmartha.